Pengamat sayangkan perombakan direksi Bulog dua minggu jelang bulan puasa



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat Pertanian Khudori menyayangkan perombakan direksi Perum Bulog sekitar dua minggu sebelum bulan puasa. Pasalnya, dia mengganggap Budi Waseso yang diangkat sebagai Direktur Utama Bulog yang baru merupakan orang baru di bidang ini.

“Budi Waseso perlu memperlajari, mengonsolidasi tim dan memetakan persoalan yang dihadapi. Ini butuh waktu. Padahal, tugas-tugas berat terkait Ramadan terutama memastikan stok atau cadangan pangan dan stabilisasi harga sudah di depan mata. Ini perlu aksi segera,” ujar Khudori, Jumat (27/4).

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) baru saja menetapkan Budi Waseso sebagai Direktur Utama Bulog menggantikan Djarot Kusumayakti. Kementerian BUMN juga menetapkan Triyana sebagai Direktur Keuangan Bulog yang baru. Keputusan ini ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: SK-115/MBU/04/2018.


Dia pun berpendapat, perombakan ini belum tentu akan memperbaiki masalah cadangan dan stabilisasi harga. “Pergantian ini harus diikuti oleh perubahan kebijakan agar hasilnya optimal. Yang paling penting adalah menyederhanakan dan memperpendek proses pengambilan keputusan di Bulog,” kata Khudori.

Dia melanjutkan, Bulog terkesan lambat dan tidak responsif menghadapi persoalan karena banyaknya atasan yang membawahi Bulog. Dia bilang, ini harus menjadi pertimbangan ke depannya.

Tak hanya itu, Bulog pun berpendapat perlu ada konsistensi dalam penugasan public service obligation (PSO) oleh Bulog berikut instrumen dan aturan pendukungnya. Pasalnya, selama ini bulog ditugasi menangani banyak komoditas di luar beras yang sifatnya ajek. Sementara penugasan ini diberikan ketika ada masalah yang dihadapi. Padahal banyak persiapan yang harus dilakukan.

“Yang tak kalah penting, penugasan harus disertai instrumen pendukung yang cukup dan aturan yang jelas. Selama ini dua hal itu alpa diberikan oleh yang memberi tugas,” kata Khudori.

Tak hanya itu, perlu juga menghindari penugasan yang mendadak. Ini akan menyulitkan perusahaan karena akan membuat rencana manajemen jangka menengah dan jangka panjang sulit dieksekusi.

Perlu pula solusi agar Bulog tidak menggunakan dana bank berbunga komersial dalam operasionalnya, terutama tugas-tugas PSO. “Dana komersial itu membuat bulog kurang optimal dalam bekerja. Di satu sisi tugas-tuhas PSO harus berhasil. Di sisi lain, tugas PSO potensial membuat bulog merugi,” jelas Khudori.

Menurut Khudori, bila Bulog merugi, direksi Bulog bisa saja diganti lantaran kinerja yang dianggap kurang memuaskan. Padahal, kerugian tersebut dikarenakan skema PSO yang potensial merugikan Bulog.

Lebih lanjut Khudori mengatakan, fungsi utama Bulog harus dikembalikan sebagai penjaga atau pengelola stok pangan dan stabilitas harga pangan. Pemerintah pun perlu menetapkan jenis pangan yg jadi objek penugasan ini. Perlu pula instrumen stabilisasi seperti pengaturan harga baik atas dan bawah, volume cadangan, pengaturan ekspor-impor dan jalur distribusi, serta dukungan anggaran yang memadai.

Supaya masalah pangan yang sama tidak selalu berulang, pemerintah harus segera membentuk badan pangan. Badan pangan inilah yang merencanakan dan mengoordinasikan semua urusan pangan. Bulog ini bisa dijadikan sebagai tangan kanan lembaga ini untuk menangani tugas-tuhs pengadaan, pengelolaan cadangan dan stabilisasi harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat