Pengamat Soroti Sejumlah Poin Terkait Pertamax Green 95



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Patra Niaga resmi mengedarkan secara terbatas Pertamax Green 95 yang terbuat dari campuran bensin Pertamax (95%) dengan bioetanol (5%) pada hari ini. Sebagai informasi, bioetanol yang dimanfaatkan Pertamina berbahan dasar molase atau tetes tebu yang merupakan produk sampingan atau sisa dari proses pembuatan gula.

Pengamat otomotif, Bebin Djuana menilai penjualan produk Pertamax Green 95 dengan campuran ethanol 5%  diperlukan uji jalan dan dikaji apakah ada efek negatif terhadap mesin. 

“Pengujian ini harus mencakup untuk jangka menengah dan jangka panjang tentunya,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (25/7). 


Direktur Perencanaan & Pengembangan Bisnis Pertamina Patra Niaga, Harsono Budi Santoso menyatakan saat ini pihaknya bekerja sama dengan Agen Pemegang Merek (APM) supaya produk Pertamax Green 95 bisa digunakan pada semua kendaraan. 

Baca Juga: Simak Lokasi SPBU yang Jual Pertamax Green 95

“Kerja sama dengan APM ini baru berlangsung dua bulan hingga tiga bulan terakhir ini. Sejauh ini kami baru konfirm untuk kembangkan dengan campuran ethanol 5% (E5),” ujarnya dalam peluncuran Pertamax Green di SPBU MT Haryono. 

Budi mengatakan sejauh ini pihaknya belum merencanakan pencampuran ethanol lebih tinggi lagi ke Pertamax. Pasalnya mereka harus memastikan dampak ke mesin kendaraan ketika kandungan ethanol ditambahkan. 

Sebelumnya Deputi Direktur Eksekutif Masyarakat dan Alam Indonesia (MADANI) Berkelanjutan, Giorgio Budi Indrarto menilai, campuran energi berkelanjutan Indonesia masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, inovasi berbahan dasar tetes tebu ini bisa dilihat sebagai langkah kecil awal menuju pemanfaatan sumber-sumber bahan bakar berkelanjutan lainnya. 

Giorgio mengatakan ini bukan kali pertama PT Pertamina membaurkan bahan bakar fosil dengan bahan bakar nabati (BBN). Sejak 2008, PT Pertamina mencampurkan diesel dengan biodiesel berbahan dasar minyak sawit yang baurannya saat ini mencapai 35%. 

Sebelum akhirnya Pertamax Green diluncurkan, minyak sawit adalah satu-satunya bahan baku BBN yang pemanfaatannya mendapatkan mandat dan insentif dari pemerintah.

Menurut Giorgio, ekspansi perkebunan sawit masih memiliki risiko sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, selagi terus memperbaiki tata kelola sawit, pemerintah juga perlu mengoptimalkan penggunaan aneka sumber bahan baku dalam pengembangan BBN generasi kedua, yang berasal dari sampah atau limbah. 

“Sumber-sumber lain tersebut bisa berupa minyak jelantah, tongkol jagung, tetes tebu, seperti yang digunakan Pertamax Green 95, limbah-limbah pertanian, dan lain sebagainya,” terang Giorgio. 

Baca Juga: Resmi Diluncurkan, Pertamina Mulai Jual Pertamax Green Dijual Rp 13.500 Per Liter

Ia juga menekankan bahwa diversifikasi atau penganekaragaman sumber bahan bakar sejalan dengan target Indonesia untuk beralih kepada energi berkelanjutan dalam rangka mengurangi emisi. 

Selain mendukung transisi energi, Giorgio juga menyoroti keunggulan lain dari diversifikasi bahan baku BBN, yakni mendukung kemandirian energi. Menurutnya, diversifikasi bahan baku BBN merupakan wujud upaya memaksimalkan sumber daya energi domestik yang kemudian bisa memberikan stimulus bagi perekonomian di berbagai daerah. 

Dia juga mendorong masyarakat untuk memilih bahan bakar yang berkelanjutan. 

“Dengan cara tersebut, masyarakat bisa ambil andil dalam meningkatkan demand domestik terhadap energi berkelanjutan,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .