Pengamat UGM: Harga BBM subsidi dan non-subsidi seharusnya bisa turun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Turunnya harga minyak dunia yang terjadi belakangan ini berpotensi mempengaruhi kebijakan impor minyak dan gas (migas) hingga kebijakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menilai, sebagai negara importir minyak, PT Pertamina (Persero) dapat diuntungkan dari rendahnya biaya impor komoditas tersebut walau di saat yang sama nilai tukar rupiah juga ikut melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Pertamina masih pantau kondisi harga sebelum tentukan kebijakan impor minyak mentah

Namun, ia mengingatkan agar Pertamina jangan jor-joran dalam mengimpor minyak kendati harganya sedang murah. Selain berpotensi meningkatkan ketergantungan terhadap impor migas, aktivitas tersebut juga bisa mengundang mafia migas yang hendak menyalahgunakan kebijakan impor itu sendiri.

Di samping itu, Fahmy berpendapat, sudah seharusnya harga BBM non-subsidi Pertamina diturunkan. Jika berkaca pada kondisi harga minyak mentah dunia yang berada di kisaran US$ 30 per barel saat ini, maka harga BBM non-subsidi bisa diturunkan sekitar 10%--15% dari harga awal.

Potensi penurunan harga BBM non-subsidi pun seharusnya cukup besar. Ini mengingat harga BBM tersebut sangat dipengaruhi oleh mekanisme pasar.

Editor: Yudho Winarto