Pengangguran AS turun ke level 8,6%, Wall Street dibuka menguat



NEW YORK. Bursa Wall Street dibuka menguat. Sentimen positif datang dari keluarnya data pengangguran November yang secara mengejutkan turun ke level terendah dalam dua tahun terakhir. Lihat saja, bursa Standard & Poor's (S&P) naik 0,7% ke posisi 1.253,54. Sementara Bursa Dow Jones Industrial Average menguat 88,13 poin atau 0,73% ke posisi 12.108,16 dan Nasdaq Composite Index naik 0,85 poin ke posisi 2.648,60. Menurut data Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis hari ini (2/12), tingkat pengangguran di AS turun 8,6% dari 9% pada bulan sebelumnya. Jumlah lapangan pekerjaan di luar pertanian meningkat 120.000 pada November. Angka ini sejalan dengan perkiraan para ekonom yang menyebutkan akan ada ketersediaan lowongan pekerjaan sekitar 122.000. Pierre Ellis, ekonom senior dari Decision Economics, mengatakan, jumlah pekerja di AS tumbuh dalam empat bulan terakhir adalah kabar yang sangat bagus. "Sektor ritel menyumbang lebih dari sepertiga pekerjaan di sektor swasta pada November kemarin," ujarnya. Data pengangguran November ini memang di luar perkiraan. Sebab, sebelumnya, di awal bulan ini, The Fed memprediksi tingkat pengangguran di AS pada kuartal keempat akan berada di level 9 hingga 9,1%.

Bahkan, tidak ada yang menyangka angka pengangguran bakal turun hingga di kisaran 8,5%-8,7% hingga akhir tahun depan. Agar perekonomian tetap stabil, AS harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan sekitar 125.000 per bulan. Penurunan pengangguran di November disokong oleh kenaikan lapangan pekerjaan di sektor swasta yang sebanyak 140.000 lowongan pekerjaan. Di sektor manufaktur, terutama bidang otomotif menambah kesempatan kerja sebanyak 2.000 kesempatan kerja. Lapangan pekerjaan di sektor kesehatan dan sosial meningkat sebanyak 18.700 kesempatan kerja di November, setelah juga meningkat sebanyak 30.300 pekerjaan di Oktober. Tapi, lowongan pekerjaan di Pemerintahan turun sebanyak 20.000 kesempatan kerja. Selain itu, lapangan pekerjaan di bidang konstruksi juga turun sebanyak 12.000 kesempatan kerja yang hilang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini