BEIJING. Bersama ekonomi yang China bakal melambat, tersimpan bara gejolak sosial dan politik. Laporan resmi Liaowang, majalah milik pemerintah, memaparkan gambaran suram yang tak biasanya mereka tulis itu. Melambatnya pertumbuhan ekonomi China akan memacu angka pengangguran tinggi. Saat bersamaan, jumlah tenaga kerja bertambah, berasal dari lulusan universitas serta buruh yang terkena PHK. Situasi itu bisa memicu konflik antar pengangguran yang berebut lapangan pekerjaan. Padahal tahun lalu, protes dan demonstrasi buruh sudah melanda China akibat lebih dari separuh pabrik mainan China tutup. "Pada 2009, China bakal menghadapi lebih banyak konflik dan pertentangan yang menguji kemampuan pemerintah dan Partai Komunis," tulis Liaowang. Badan statistik China memperkirakan hampir 10 juta buruh migran telah kehilangan pekerjaannya. Buruh yang datang dari desa ini pada akhirnya kembali ke desa lagi dengan tangan hampa. Saat bersamaan, ada lebih dari 7 juta mahasiswa yang lulus pada 2008 dan juga sedang mencari kerja tahun ini. Jadi, total ada 17 juta orang yang mencari pekerjaan. Masalahnya, pemerintah China menargetkan ekonomi tumbuh 8% tahun ini. Ekonomi China yang hanya tumbuh 8% ini cuma mampu menyerap 8 juta tenaga kerja baru. Walhasil, sebanyak 9 juta orang harus tetap menganggur. Ketegangan juga meningkat lantaran pada 2009 ini, China akan memperingati 20 tahun revolusi berdarah massa pendukung demokrasi di Lapangan Tiananmen. Peringatan itu mungkin akan membuka lagi luka lama para pendukung demokrasi, sehingga berpeluang menyulut konflik dengan Partai Komunis. Presiden Hu Jintao sendiri telah berjanji akan membangun masyarakat China yang harmonis. Janji ini bakal mendapat cobaan dari berbagai gejolak seputar menyusutnya tenaga kerja dan pendapatan plus masalah lama tentang korupsi dan penyitaan tanah. Namun, Ian Bremmer, Presiden Eurasia Group, konsultan politik terkenal, mengatakan ia tak melihat krisis akan menyerang China. "Selama tiga dekade ini Pemerintah China telah membangun banyak itikad baik. Sulitnya perekonomian akan menggerusnya sedikit, tapi efeknya tidak akan cukup dalam sehingga akan memicu krisis pada tahun ini," jelasnya.
Pengangguran Mengancam China
BEIJING. Bersama ekonomi yang China bakal melambat, tersimpan bara gejolak sosial dan politik. Laporan resmi Liaowang, majalah milik pemerintah, memaparkan gambaran suram yang tak biasanya mereka tulis itu. Melambatnya pertumbuhan ekonomi China akan memacu angka pengangguran tinggi. Saat bersamaan, jumlah tenaga kerja bertambah, berasal dari lulusan universitas serta buruh yang terkena PHK. Situasi itu bisa memicu konflik antar pengangguran yang berebut lapangan pekerjaan. Padahal tahun lalu, protes dan demonstrasi buruh sudah melanda China akibat lebih dari separuh pabrik mainan China tutup. "Pada 2009, China bakal menghadapi lebih banyak konflik dan pertentangan yang menguji kemampuan pemerintah dan Partai Komunis," tulis Liaowang. Badan statistik China memperkirakan hampir 10 juta buruh migran telah kehilangan pekerjaannya. Buruh yang datang dari desa ini pada akhirnya kembali ke desa lagi dengan tangan hampa. Saat bersamaan, ada lebih dari 7 juta mahasiswa yang lulus pada 2008 dan juga sedang mencari kerja tahun ini. Jadi, total ada 17 juta orang yang mencari pekerjaan. Masalahnya, pemerintah China menargetkan ekonomi tumbuh 8% tahun ini. Ekonomi China yang hanya tumbuh 8% ini cuma mampu menyerap 8 juta tenaga kerja baru. Walhasil, sebanyak 9 juta orang harus tetap menganggur. Ketegangan juga meningkat lantaran pada 2009 ini, China akan memperingati 20 tahun revolusi berdarah massa pendukung demokrasi di Lapangan Tiananmen. Peringatan itu mungkin akan membuka lagi luka lama para pendukung demokrasi, sehingga berpeluang menyulut konflik dengan Partai Komunis. Presiden Hu Jintao sendiri telah berjanji akan membangun masyarakat China yang harmonis. Janji ini bakal mendapat cobaan dari berbagai gejolak seputar menyusutnya tenaga kerja dan pendapatan plus masalah lama tentang korupsi dan penyitaan tanah. Namun, Ian Bremmer, Presiden Eurasia Group, konsultan politik terkenal, mengatakan ia tak melihat krisis akan menyerang China. "Selama tiga dekade ini Pemerintah China telah membangun banyak itikad baik. Sulitnya perekonomian akan menggerusnya sedikit, tapi efeknya tidak akan cukup dalam sehingga akan memicu krisis pada tahun ini," jelasnya.