KONTAN.CO.ID - FRAMINGHAM. Tahun 2018 menjadi periode yang buruk bagi pasar
smartphone global. Pengapalan ponsel pintar sepanjang tahun lalu turun 4,1% dibanding tahun 2017. Bersasarkan data International Data Corporation (IDC), pengapalan
smartphone global di tahun 2018 lalu tercatat sebanyak 1,4 miliar unit. Lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebanyak 1,46 miliar unit. Bisnis ponsel pintar global makin tertekan lesunya pengiriman pada kuartal keempat 2018. Pada periode tersebut, pengapalan
smartphone ambles 4,9% secara tahunan menjadi 375,4 juta unit.
Dengan loyonya pengiriman pada Oktober hingga Desember 2018, tren penurunan pengiriman ponsel pintar global pun berlanjut menjadi lima kuartal berturut-turut. IDC bahkan menilai, kondisi pasar ke depan masih menantang. Karena itu bisnis
smartphone di kuartal pertama 2019 masih berpotensi untuk menunjukkan tren negatif. "Secara global pasar
smartphone sedang berantakan saat ini," kata Ryan Reith, Wakil Presiden program IDC's Worldwide Mobile Device Trackers dalam rilis hasil risetnya. "Di luar beberapa pasar yang masih menunjukkan pertumbuhan yang tinggi seperti India, Indonesia, Korea, dan Vietnam, kami tidak melihat banyak kegiatan positif pada 2018. Kami percaya beberapa faktor berperan di sini, termasuk memperpanjang siklus penggantian ponsel baru, meningkatkan tingkat penetrasi di banyak pasar besar, ketidakpastian politik dan ekonomi, hingga rasa frustrasi konsumen yang terus meningkat karena tren harga yang terus meningkat," lanjutnya. Dengan tren penggantian ponsel yang terus melambat di berbagai pasar, Anthony Scarsella, manajer penelitian Worldwide IDC menilai vendor perlu menemukan fitur-fitur
smartphone terbaru, desain yang menarik, dan juga mendorong keterjangkauan harga oleh konsumen.
"Munculnya perangkat 5G maupun
smartphone lipat akhir tahun ini dapat membawa peluang baru bagi industri. Namun tergantung pada bagaimana vendor dan operator memasarkan manfaat dari teknologi ini," katanya. "Namun, kami memperkirakan perangkat baru ini akan menaikkan harga jual rata-rata karena display baru,
chipset, dan radio akan membawa kenaikan harga ke BOM (bill of material), yang akan diterjemahkan ke titik harga yang lebih tinggi bagi konsumen," lanjut Scarsella. Untuk mengatasi hal ini, ia menilai operator dan pengecer perlu memaksimalkan penawaran tukar tambah untuk perangkat lama sebagai subsidi untuk mendorong peningkatan penjualan sepanjang 2019. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi