Pengawas Nuklir PBB: Iran Telah Memperkaya Uranium hingga Kemurnian 60%



KONTAN.CO.ID - WINA. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada hari Selasa (22/11) melaporkan bahwa Iran telah memulai upayanya untuk memperkaya uranium menuju tingkat kemurnian 60%.

Kemurnian itu masih ada di bawah standar yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir, yaitu 90%. Tapi, angkanya jauh di atas kemurnian 20% yang diproduksi Iran sebelum perjanjian tahun 2015.

Dilansir Reuters, badan pengawas nuklir PBB tersebut juga menemukan bahwa proses pengayaan uranium dilakukan di pabrik nuklir Fordow. Iran bahkan diduga sedang berusaha melakukan perluasan kapasitas pengayaannya secara besar-besaran.


"Direktur Jenderal Rafael Mariano Grossi hari ini mengatakan Iran telah mulai memproduksi uranium yang diperkaya tinggi, UF6 (uranium hexafluoride) yang diperkaya hingga 60%, menggunakan dua kaskade sentrifugal IR-6 yang ada di Pabrik Pengayaan Bahan Bakar Fordow," tulis IAEA dalam laporannya.

IAEA turut mengingatkan bahwa Iran juga telah melakukan hal serupa di pabrik Natanz sejak tahun 2021.

Baca Juga: Protes Berlanjut, Pemimpin Tertinggi Iran Tuding Musuh Targetkan Kalangan Pekerja

Upaya peningkatan kemurnian uranium oleh Iran ini diduga merupakan bentuk pembalasan atas lahirnya resolusi Dewan Gubernur IAEA, yang beranggotakan 35 negara, minggu lalu.

Resolusi tersebut memerintahkan Iran untuk bekerja sama dengan penyelidikan yang dilakukan IAEA mengenai asal partikel uranium yang ditemukan di tiga situs yang tidak diumumkan.

Iran diketahui hanya memiliki enam mesin sentrifugal IR-6 yang beroperasi di tiga pabrik di Fordow dan Natanz. Para pengamat menyebut IR-6 adalah model paling canggih yang digunakan dalam skala seperti itu.

"Iran berencana untuk menambah 14 kaskade IR-6 lagi di Fordow, enam di antaranya akan menggantikan mesin IR-1 generasi pertama. Mereka akan memperkaya hingga 5% atau hingga 20%," lanjut IAEA.

Baca Juga: Ini Alasan Timnas Iran Tolak Nyanyikan Lagu Kebangsaan di Piala Dunia Qatar 2022

IAEA juga menemukan indikasi bahwa Iran merencanakan perluasan Pabrik Pengayaan Bahan Bakar berskala komersial di bawah tanah di Natanz.

Di saat yang sama, Iran juga memasang dan menghadirkan lebih banyak aliran mesin sentrifugal canggih secara online.

Perjanjian nuklir tahun 2015 antara Iran dan enam negara lainnya memaksa Iran untuk hanya bisa menggunakan sentrifugal IR-1 generasi pertama yang memiliki kemampuan tertinggal.

Namun, kesepakatan itu dibatalkan setelah Presiden AS Donald Trump menarik diri pada tahun 2018. 

Iran memanfaatkan momen tersebut untuk memasang kaskade sentrifugal canggih yang lebih efisien, seperti IR-2m, IR-4 dan IR-6. Iran juga melanjutkan pengayaan di Fordow, wilayah yang dilarang dalam perjanjian.