Pengelola Dana Masih Yakin Dollar Tetap Bullish



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Ekonomi Amerika Serikat (AS) yang tangguh dan ketegangan geopolitik yang terjadi di seluruh dunia membuat para manajer aset memetakan kembali ekspektasi arah dollar AS. Beberapa pihak mulai optimistis bahwa nilai tukar dollar AS masih akan tangguh.

Menurut data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas yang dikumpulkan oleh Bloomberg, investor seperti dana pensiun, perusahaan asuransi, dan reksadana mulai mengurangi separuh posisi short  dollar AS, menjadi US$ 2,05 miliar per 3 Desember dibandingkan pekan sebelumnya. Angka ini tercatat paling mini sejak April 2017. Hedge fund pun mulai menaikkan posisi bullish dollar AS hingga 9,3%.

Bloomberg menulis, beberapa faktor pendukung dollar AS yang menguat 5% sejak akhir September 2024 adalah data inflasi AS yang berpotensi lebih tinggi di bawah kepemimpinan Donald Trump. Selain itu arah suku bunga juga terlihat masih dalam tren tinggi. Minggu lalu, Fed juga terdengar berhati-hati atas rencana pemotongan suku bunga di mana ini akan menopang posisi dollar AS.

Belum pangkas bunga


Presiden Fed St. Louis Alberto Musalem mengatakan akan menghentikan sementara pemotongan suku bunga bulan ini. Sementara mitranya dari San Francisco Mary Daly mengatakan tidak ada urgensi untuk menurunkan suku bunga. Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee menegaskan, suku bunga akan sedikit lebih rendah terhitung setahun dari saat ini.

Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 0,08% ke Rp 15.861 Per Dolar AS Pada Senin (9/12)

"Jelas dari komentar Fed minggu lalu para pejabat, kecuali Goolsbee, khawatir tentang kenaikan inflasi dan karena itu mempersiapkan pasar untuk jeda," tulis ahli strategi Brown Brothers Harriman & Co. termasuk Win Thin.

Sementara itu, jatuhnya rezim Bashar Al-Assad di Suriah, ketidakpastian politik di Korea Selatan serta mosi tidak percaya terhadap pemerintah Prancis juga memicu permintaan dollar AS. "Investor mencari tempat berlindung yang aman mengingat kekacauan politik di Prancis dan Korea Selatan," kata David Forrester, ahli strategi senior di Credit Agricole CIB.

Perincian data CFTC berdasarkan mata uang menunjukkan euro tetap menjadi favorit para aset manajer dengan taruhan bullish mencapai US$ 23,4 miliar. Meski lebih rendah dibanding Mei 2023 yang ada di posisi puncaknya US$ 64 miliar. 

Para investor bersikap pesimis pada dollar Kanada, pound, dan franc Swiss. Bob Savage, kepala strategi dan wawasan pasar BNY menambahkan, masa depan dollar AS di 2025 masih signifikan dibandingkan aset lain seperti emas, bitcoin atau euro.       

Editor: Avanty Nurdiana