KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah untuk menarik 20 juta wisatawan asing ke Indonesia tahun ini serta upaya peningkatan sektor pariwisata domestik disambut baik oleh pengelola hotel. Harapannya, hal tersebut akan mampu mengerek peningkatan okupansi kamar secara signifikan tahun ini. Yani Sinulingga,
Corporate Communication and Event Tauzia Hotel Management menyampaikan bahwa pihaknya lebih optimis menyambut tahun ini. Pengelola Hotel Harris ini berharap terjadi peningkatan level okupansi pada tahun ini. “Tahun lalu level okupansi di 70%-75% secara rata-rata, kami harapkan dalam setahun ke depan akan ada peningkatan, tentunya bisa meningkat dari rata-rata tahun lalu,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (7/1).
Sementara, Elsa M Amalo,
Marketing Communications Manager Millenium Hotel Sirih Jakarta menyampaikan tahun ini manajemen menargetkan pertumbuhan tingkat okupansi. Apalagi perusahaan akan banyak melakukan kegiatan seiring dengan perayaan 25 tahun operasionalnya di Indonesia. “Tahun lalu itu, kami tutup tahun dengan 65% level okupansi dari Januari sampai Desember, inginnya sih kami tidak muluk-muluk ya bertambah 5% saja tahun ini menjadi 70% rata-rata level okupansinya,” ujarnya. Dirinya menyampaikan bahwa proporsi instansi pemerintah dan swasta lebih besar ketimbang leissure traveler atau wisatawan. Proporsi tamu yang berasal dari pemerintah dan swasta pada tahun lalu mendominasi dengan porsi 60% sedangkan 40% merupakan wisatawan baik domestik maupun asing. “Mulai Februari kami akan jalankan gimmick-gimmick untuk anniversary dan ada beberapa promo untuk
bundling package antara F&B dan kamar harapanya tahun ini bisa capai tambahan 5% okupansi,” lanjutnya. Sedangkan Dafam Hotel Management menyampaikan bahwa tingkat okupansi hotel miliknya sudah cukup tinggi. Oleh karena itu, pengelola hotel Dafam tersebut juga akan membuka hotel baru dan membidik tingkat okupansi yang lebih tinggi. “Okupansi full rata-rata setiap tahun, sementara masih akan buka satu hotel baru di Jakarta, lainnya belum bisa saya update,” ujar Ninik Haryanti,
Public Relation Manager Dafam Hotel Management. Sudrajat, Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyampaikan pada tahun lalu tingkat okupansi memang mengalami kenaikan namun tidak seperti yang diprediksi.
Kenaikan terjadi karena banyak event internasional pada tahun lalu, namun efeknya tidak terlalu signifikan karena pada tahun lalu juga terjadi bencana alam yang melanda tanah air. Rerata tingkat okupansi hotel nasional pada tahun lalu berkisar 40% hingga 60%, sedangkan pada tahun ini dirinya memprediksi tidak akan banyak perubahan dari tingkat okupansi. Apalagi tidak ada
event internasional pada tahun ini, tetapi
event politik yang justru membuat pelaku usaha
wait and see terhadap perkembangan yang ada. “Saya rasa tahun ini masih akan sama di level 40% sampai 60%, ya tahun 2019 ini harapannya industri properti semakin baik, wisata semakin baik dan harus ada gerakan nasional untuk kembangkan wisata nasional bukan hanya mengharapkan wisatawan internasional yang jumlahnya sedikit,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .