Pengelola konsensi Tujuh Bukit dikabarkan akan IPO



JAKARTA. Jika memang benar-benar bisa terealisasi, maka bursa lokal bakal kedatangan satu emiten baru. Tak tanggung-tanggung, emiten tersebut adalah pengelola tambang emas dan tembaga Tujuh Bukit, Banyuwangi, Jawa Timur, yang merupakan konsensi tembaga terbesar di dunia.Mengutip Reuters, (26/2), rencana initial public offering (IPO) ini disampaikan oleh Gavin Caudle, Direktur Provident Capital Partners (PCP) yang juga merupakan salah satu pemegang saham pengendali konsensi tambang Tujuh Bukit. "Ini konsensi yang membutuhkan capex besar dan proyek yang sangat menguntungkan," imbuhnya.Kabarnya, pengelola konsensi tersebut mengincar dana segar sekitar US$ 75 juta melalui IPO dan membidik kapitalisasi pasar senilai US$ 800 juta setelah listing di bursa saham. IPO yang perolehan dananya digunakan untuk pengembangan konsensi ini rencananya bakal digelar pada kuartal III tahun ini.Yang menarik adalah, selain PCP, konsensi tersebut juga dikendalikan oleh PT Indo Mukti Niaga (IMN). Sebelumnya, konsensi tambang Tujuh Bukit dikelola oleh IMN dengan menggandeng perusahaan asal Australia, yakni Interpid Mines Ltd. sebagai penyandang dana pengembangan konsensi dengan mengendalikan 80% saham proyek Tujuh Bukit.Kerjasama ini dimulai sejak tahun 2007 lalu. Tapi, pada Oktober 2012 silam, Interpid menuduh IMN bermain mata dengan PT Bumi Suksesindo. Katanya, IMN menjual secara sepihak lisensi konsensi Tujuh Bukit kepada Bumi Suksesindo. Nah, Bumi Suksesindo kabarnya perusahaan yang dikendalikan oleh founder PT Saratoga Investama Tbk (SRTG), yakni Edwin Soeryadjaja dan bos SRTG, Garibaldi Thohir.Hingga pada tanggal 19 Februari kemarin sengketa ini selesai. Intrepid mengumumkan telah mencapai kesepakatan penyelesaian sengketa kepemilikan saham di tambang emas dan tembaga tersebut, dan bersedia melepas 80% sahamnya plus mendapatkan US$ 80 juta dalam bentuk uang tunai sebagai gantinya.Informasi saja, Tujuh Bukit memiliki cadangan 1,6 juta ons emas dengan kadar tembaga 0,6% dan 60 juta ons perak. Valuasi tambang ini diperkirakan mencapai Rp 50 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie