Pengelola pusat perbelanjaan tolak rencana penggunaan listrik dari tenaga surya



JAKARTA. Pemerintah berencana mewajibkan pusat-pusat perbelanjaan agar sebagian dari pasokan listriknya diambil dari pembangkit listrik tenaga surya (solar cell). Namun, pengelola pusat perbelanjaan menentang rencana ini. Alasan mereka, investasi listrik tenaga surya jauh lebih mahal ketimbang memanfaatkan listrik yang dipasok dari PLN.Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kardaya Wardika, mengungkapkan, pihaknya akan mengusulkan itu menjadi suatu yang mendasar," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (27/9).Saat ini produk hukum yang mengatur soal kewajiban tersebut masih dalam proses pengkajian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). "Kita lihat saja nanti, apakah dalam bentuk peraturan daerah atau bentuk peraturan yang lain," ujarnya.Menurutnya, kapasitas listrik yang digunakan pusat perbelanjaan sangat besar. "Bisa sama seperti listrik yang digunakan untuk satu kecamatan," ujarnya. Padahal kata Kardaya potensi energi matahari bisa dimanfatkan dengan memasang panel surya di atas atap mal-mal.Namun, kalangan pengelola pusat perbelanjaan keberatan dengan rencana ini. "Sebelum diterapkan di mall, dicoba diterapkan di kantor pemerintahan terlebih dulu" ujar Ketua Asosiasi Pusat Perbelanjaan, Stefanus Ridwan kepada KONTAN, Selasa (27/9).Menurut Stefanus, biaya untuk solar cell jauh lebih mahal dibandingkan listrik dari PLN, sehingga akan mempengaruhi biaya pengeluaran perusahaan yang berdampak pada harga jual barang di pusat perbelanjaan pasti akan ikut terdongkrak.Bob Sahril, Manajer Distribusi PLN wilayah Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu mengatakan, jumlah pasokan listrik PLN ke pusat-pusat perbelanjaan memang bervariasi yaitu berkisar antara 2,5 MVA sampai 7,5 MVA. Menurut Bob, harga listrik dari PLN memang masih relatif lebih murah ketimbang investasi listrik tenaga surya (solar cell). "Itu karena listrik dari PLN masih disubsidi," ujar Bob. Rata-rata harga listrik PLN ke pusat perbelanjaan sebesar 682/Kwh.Manajer Humas PLN, Bambang Dwiyanto, mengatakan, dari 67.000 MVA total daya tersambung secara nasional pada akhir 2010, total daya tersambung ke kelompok bisnis yang mencakup pusat perbelanjaan dan pusat perkantoran mencapai 13.772 MVA. Sedangkan total listrik yang dijual ke pusat bisnis ini mencapai 21.157 GWh. Dibandingkan dengan kelompok industri, daya tersambung ke kelompok bisnis memang masih lebih rendah. Total daya tersambung ke kelompok industri pada akhir 2010 mencapai 15.565 MVA. Sedangkan, daya yang terjual ke kelompok industri mencapai 50.985 GWh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini