Pengelola televisi memperkuat inovasi program dan konten



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan bisnis televisi masih terbilang sengit. Sebab, para pemainnya terus mengembangkan inovasi, baik dari sisi program, konten hingga infrastruktur bisnis.

Kabar teranyar, PT Net Visi Media (Net TV) bersiap masuk Bursa Efek Indonesia (BEI) lewat skema penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Net TV akan melepas 25% saham dengan target dana Rp 1 trilun.

Jeffry Wikarsa, CEO NH Korindo Sekuritas, penjamin emisi IPO tersebut menyebutkan, Net TV akan menggunakan dana hasil IPO untuk mendanai ekspansi. "Dana hasil IPO untuk pengembangan usaha," kata dia, Rabu (4/7) pekan lalu.


Satu hal yang pasti, masuknya Net TV ke bursa saham bakal memperketat persaingan di bisnis televisi saat ini. Di Bagaimana dengan strategi stasiun televisi lain menghadapi persaingan ini?

 PT Media Nusantara Citra Tbk, misalnya, tetap memasang strategi untuk bersaing di bisnis televisi nasional. Sebagai salah satu penguasa pasar televisi di Tanah Air, MNC Group yang mengoperasikan RCTI, MNC TV, GTV dan iNews semakin fokus mengembangkan konten yang berbeda, sesuai segmen masing-masing.  

“Fokus memperkuat konten, karena ke depan konten yang baik akan selalu dicari, baik televisi maupun digital,” ujar Direktur Utama MNCN David Fernando Audy kepada Kontan.co.id, Senin (9/7).

Misalnya, RCTI akan memperkuat konten drama serial. Tak berbeda jauh, MNC TV juga terus mempertahankan konten yang sama, ditambah konten variety show. Adapun GTV lebih menonjolkan konten variety show, talent search, dan socio-experimental show. Sedangkan iNews sesuai dengan namanya, fokus pada konten berita dan informasi. Lewat fokus pada konten masing-masing, David berharap, target pertumbuhan pendapatan 5%-10% di tahun ini bisa terealisasi. Pada tahun lalu, MNCN mencatatkan pendapatan Rp 6,9 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan  kuartal I-2018, pendapatan MNCN naik tipis secara year on year (yoy) dari Rp 1,53 triliun menjadi Rp 1,54 triliun. Adapun laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk menurun dari sebelumnya Rp 419 miliar menjadi Rp 274 miliar.

Khusus RCTI, David juga optimistis stasiun TV ini bisa menjadi katalis pendapatan Grup MNC karena sempat mencapai rating 20,3 (+2,6) kemarin, pada pukul 18:00 WIB hingga pukul 22:30 WIB di 11 kota berdasarkan data Nielsen.

Jika televisi swasta gecar ekspansi dari sisi bisnis dan  program demi mengeruk pendapatan, berbeda dengan TVRI. Apni Jaya Putra, Direktur Program dan Berita TVRI bilang, sebagai lembaga penyiaran publik milik pemerintah, TVRI tak bisa masuk arus pasar industri televisi layaknya TV swasta. “TV swasta role-nya memang begitu. Cari rating, cari untung. Itu adalah bisnis yang normal,” ucap dia kepada Kontan.co.id, kemarin.

Berhubung negara dan publik sebagai stakeholder, keduanya memiliki peran dalam membesarkan TVRI. Negara melalui politik anggaran, sedangkan publik lewat kesadaran dan partisipasinya. "Sekitar 80% dana TVRI bergantung pada APBN," kata dia.

Apni menilai, dana Rp 835 miliar dari negara terbilang mini. Sebab, idealnya dalam pola industri televisi perlu Rp 3 triliun-Rp 5 triliun agar bisa memuaskan penonton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati