Pengelolaan sektor perkebunan perlu dimaksimalkan



JAKARTA. Dirjen Perkebunan Gamal Nasir yang pada awal Agustus 2016 nanti akan memasuki masa pensiun mengatakan sektor perkebunan merupakan komoditas strategis yang perlu perhatian lebih besar dan tindakan maksimal dari pemerintah.

Selama menjabat enam tahun menjadi Dirjen Perkebunan Gamal bilang, telah melakukan sejumlah terobosan untuk memajukan sektor perkebunan, kendati begitu, ia mengakui masih banyak hal yang perlu dimaksimalkan ke depan agar sektor perkebunan dapat memberikan hasil yang maksimal.

Gamal mengatakan, sebagian besar yang berkecimpung dalam sektor perkebunan ini adalah para petani mandiri. Mereka ini merupakan rakyat biasa yang menggantungkan seluruh hidup dan masa depan mereka pada hasil perkebunan.


Karena itu, perhatian dari pemerintah dalam bentuk mendorong peningkatan hasil perkebunan amatlah penting dan mendesak dilakukan. Sebab 45% penguasaan lahan perkebunan kelapa sawit adalah petani, demikian juga dengan tanaman kakao dan kopi hampir 95% dikuasai petani mandiri.

"Begitu juga pada tanaman teh, tebu dan komoditas lainnya, rata-rata dikuasai lebih dari 50% oleh petani," ujar Gamal, Minggu (17/7).

Sejauh ini, pemerintah telah memberikan perhatian pada sektor perkebunan. Gamal mengambil contoh program gerakan nasional (Gernas) kakao pada tahun 2009 dan kakao berkelanjutan pada tahun 2015. Hasilnya, harga kakao di tingkat petani sejauh ini melambung tinggi di kisaran Rp 35.000 per kilogram (kg) hingga Rp 40.000 per kg.

Pemerintah juga mendorong perbaikan produksi tanaman teh melalui program revitalisasi teh pada tahun 2013 – 2015 melalui program Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional (GPATN) untuk memperbaiki kebun masyarakat. Kemudian dilanjutkan pada tahun 2016 melalui program intensivikasi.

Editor: Yudho Winarto