Pengeluaran Rill Per Kapita 2023 Naik, Ini Kata Ekonom IEI dan LPEM FEB UI



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pengeluaran riil per kapita pada tahun 2023 meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2022.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, pengeluaran riil per kapita per tahun yang disesuaikan sebesar Rp 11,89 juta pada tahun 2023.

Jumlah tersebut meningkat Rp 420.000 atau naik 3,66% bila dibandingkan dengan tahun 2022.


Peningkatan ini juga lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan per tahun dari tahun 2020 hingga 2022.

Baca Juga: Penjualan Eceran pada Juli 2023 Menurun, Ini Kata Ekonom

Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip menilai, kenaikan pengeluaran riil per kapita tersebut sebenarnya masih tidak merata.

Hal ini dikarenakan kelompok masyarakat yang mengalami kenaikan penghasilan atau pendapatan (income) juga tidak merata. Terlihat dari penghasilan pada empat kelompok pekerja.

Pertama, untuk kelompok pekerja karyawan. Menurutnya, kelompok ini memiliki pendapatan yang secara umum konsisten meningkat setiap tahunnya.

"Bahkan relatif tidak terpengaruh, atau resilien terhadap gejolak perekonomian. Gaji/upah mereka setiap tahunnya mengalami kenaikan," ujar Sunarsip kepada Kontan.co.id, Rabu (15/11).

Sunarsip menyebut, rata-rata pendapatan upah/gaji pekerja karyawan tumbuh di atas 12% YoY per Agustus 2022, serta masih tumbuh 3,5% YoY pada Agustus 2023.

Baca Juga: Pengeluaran Riil Per Kapita RI Naik, Tanda Daya Beli Masyarakat Meningkat

Kedua, kelompok petani yang tercermin dari indeks nilai tukar petani (NTP) yang konsisten tumbuh positif setiap tahunnya. Per Oktober 2023 saja, indeks NTP mampu tumbuh 7,95% YoY.

Ketiga, kelompok pekerja yang berusaha sendiri atau pekerja mandiri. Nah, kelompok ini memiliki kondisi yang bertolak belakang dibanding pekerja karyawan dan petani. Hal ini dikarenakan pendapatan yang diterima masih belum pulih dan di bawah level sebelum pandemi Covid-19.

"Bahkan, pertumbuhan pendapatan mereka tahun ini dibanding tahun lalu, tumbuh rendah sekali bahkan untuk dibeberapa sektor pekerjaan mengalami pertumbuhan negatif," katanya.

Baca Juga: BPS: Indeks Pembangunan Manusia Naik Pada Tahun 2023

Keempat, kelompok pekerja bebas yang tidak terikat dengan hubungan kerja. Menurut Sunarsip, kelompok pekerja ini masih lebih baik penghasilannya jika dibancingkan dengan pekerja mandiri. Bahkan penghasilannya mengalami pertumbuhan, meskipun relatif moderat.

Nah, dengan kondisi pendapatan yang belum merata tersebut, Sunarsip bilang, kenaikan pendapatan masyarakat tampaknya belum cukup dapat diandalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sampai tahun depan.

"Pemerintah masih perlu mempertahankan stimulus fiskal, baik berupa insentif pajak (khususnya bagi pekerja yang berusaha sendiri yang sebagian besar UMKM), maupun berupa subsidi dan bantuan kepada pekerja bebas dan termasuk pekerja yang berusaha sendiri," imbuh Sunarsip.

Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Pada Oktober 2023 Naik Jadi US$ 3,48 Miliar

Sementara itu, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, pengeluaran rill per kapita per tahun ini memandakan adanya perbaikan daya beli masyakat.

Menurutnya, salah satu pendorongnya adalah inflasi yang jauh lebih terkendali dibanding Oktober 2022 akibat harga energi dan komoditas global yang sudah menurun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto