Pengembang asing mengincar orang kaya Indonesia



JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia turut mendongkrak orang kaya baru di negeri ini. Maka tak heran jika pengembang properti asing berlomba-lomba menjaring pembeli dari Indonesia.

Salah satunya UEM Land Holdings Berhad. Pengembang asal Malaysia ini akan menggelar pameran di Jakarta akhir pekan ini. UEM mengembangkan kawasan Nusajaya, yang diklaim akan menjadi kota mandiri terbesar di Asia Tenggara dengan luas lahan 24.000 hektare.

UEM Land mengusung tujuh proyek properti untuk dipasarkan ke Indonesia. Tiga dari tujuh proyek itu adalah townhouse East Ledang, kondominium Teega @Puteri Harbour, dan apartemen Nusa Idaman. Semua berlokasi di kawasan Nusajaya.


UEM Land membidik 300 pembeli dari Indonesia atau 10% dari pembeli secara keseluruhan. "Minat investor Indonesia membeli properti di Malaysia meningkat beberapa tahun terakhir lantaran harga properti di Singapura sudah kemahalan," ujar Chief Marketing Officer UEM Land, Siti Mariam Mohd Desa, Kamis (11/4).

Tawaran investasi properti di luar negeri juga datang dari MyLand Partners Corporation. Pengembang asal Selandia Baru ini menggarap proyek residensial bergaya resor bernama Kingfisher Great Lake Taupo. MyLand juga berencana memamerkan proyeknya di Jakarta akhir pekan ini bersamaan UEM Land.

Sebanyak 65% dari 75 kavling yang ditawarkan di Kingfisher sudah laku sejak meluncur pada November tahun lalu. Sedangkan 35% proyek ditargetkan terjual pada April mendatang. "Sebanyak 50% pembeli adalah investor Indonesia," ujar Direktur MyLand, Farhad Moinfar. Melihat minat yang tinggi, MyLand bahkan membuka kantor perwakilan di Indonesia.

Broker properti Ray White Indonesia memprediksi investasi properti di luar negeri akan naik 10%-15% tahun ini. "Investor yang membeli properti di luar negeri biasanya sudah punya properti di Indonesia," tutur Erwin Karya, Associate Director Ray White, kemarin.

Menurut Erwin, Singapura dan Australia tetap menjadi negara tujuan utama investasi properti orang Indonesia karena faktor kedekatan. Namun, Erwin juga menyebut Malaysia, terutama kawasan Johor Baru, sebagai pilihan menarik karena pengembangannya cukup pesat dalam dua hingga tiga tahun terakhir. Apalagi harganya relatif lebih murah dibanding Singapura dan Australia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro