JAKARTA. Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) memproyeksikan, tahun ini, bakal ada penambahan pembangunan rumah murah sebanyak 30.000 unit. Tahun lalu, pengembang membangun rumah, yaitu rumah seharga antara Rp 80 juta sampai Rp 100 juta per unit itu sebanyak 60.000 unit. Ketua Apersi, Eddy Ganefo bilang, kebutuhan akan rumah murah sangat tinggi. "Berbeda dengan rumah mewah atau apartemen yang sifatnya lebih ke arah investasi, orang membeli rumah murah untuk ditinggali," tutur Eddy, Minggu (8/1). Karenanya, tingkat penjualan unit rumah murah selalu mencapai 100%. Namun, Eddy khawatir, Undang-Undang No 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang berlaku awal tahun ini bakal mengganjal penjualan rumah jenis ini.
Pasal 22 beleid tersebut mengatur pembangunan rumah murah minimal tipe 36. Di pasar, harga rumah tipe tersebut sudah di atas Rp 100 juta. Padahal, kemampuan masyarakat belum cukup. "Kalau jadi diterapkan, penjualan bisa berkurang hingga separuhnya," katanya. Selain tersebar di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, Eddy menyebut tahun ini pembangunan rumah murah bakal marak di pinggiran Jakarta. "Tangerang masih lebih baik dari Depok. Sebab, harga tanah di Depok semakin mahal," imbuhnya. Salah satu pengembang yang menawarkan rumah murah adalah PT Ciputra Development. Sejauh ini Ciputra memiliki dua proyek rumah murah di Citra Raya di Tangerang dan Citra Indah di Jonggol, Jawa Barat yang sudah dipasarkan sejak tahun 1997. Harga rumah tipe 90 sekitar Rp 100 juta per unit. Dari
landbank seluas 800 hektar (ha) di Citra Raya, saat ini, Ciputra baru membangun 40% di antaranya untuk perumahan. Sementara itu, di Citra Indah, baru separuh dari
landbank seluas 300 ha yang dikembangkan. "Setiap tahun, kami bisa membangun antara 10 ha-20 ha atau setara dengan 1.000 unit rumah, dengan penjualan hampir 100%," ujar Tulus Santoso Brotosiswojo, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Ciputra kepada KONTAN, Jumat (6/1). Tulus mengakui, permintaan rumah murah sangat tinggi, dan melebihi permintaan untuk jenis rumah lainnya. "Dari seluruh permintaan, separuhnya adalah rumah murah," ujarnya.
Keuntungan yang diperoleh pengembang dari rumah murah memang tidak sebesar kelas di atasnya. Menurut Tulus, margin rumah murah bisa 10% lebih rendah dari rumah menengah ke atas. Toh tidak berarti proyek ini tidak menguntungkan, karena
turn over-nya dan konstruksinya cepat. Manager Riset Coldwell Banker Research and Consultancy Meyriana juga menyebut daerah Bogor, Cibinong, Bojong, Jonggol, dan Depok merupakan kantong-kantong rumah murah. Adapun, harga jual rumah yang masuk kategori murah, menurut Meyriana, berkisar Rp 75 juta - Rp 80 juta, kecuali jika lokasi dan akses transportasi publik bagus. Sebagai contoh, harga rumah murah di Depok yang dilintasi kereta rel listrik bisa mencapai Rp 100 juta. Meyriana bilang, tren rumah murah saat ini menempel ke kota mandiri, seperti Bumi Serpong Damai (BSD) City. "Selain mendekati akses transportasi, daerah itu juga sudah hidup dan banyak area komersial," jelasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Edy Can