JAKARTA. Kalangan pengembang pada 2015 ini diperkirakan bakal lebih berhati-hati lagi dalam menaikkan harga properti. Selain pasar di beberapa segmen jenuh, juga karena daya beli masyarakat belum kuat. "Di tahun 2015 para pengembang relatif masih berhati-hati untuk menaikkan harga rumahnya. Banyak pengembang segmen kecil yang mulai beralih naik kelas ke segmen menengah," kata Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda, Kamis (22/1). Menurut dia, hal tersebut bukan berarti karena pasar segmen kecil menurun, melainkan dikarenakan harga tanah yang tinggi sehingga para pengembang yang umumnya skala kecil tidak sanggup lagi untuk membeli tanah dengan harga yang sudah terlalu tinggi. Dengan demikian, lanjutnya, wilayah pembangunan rumah segmen kecil akan semakin jauh dari pusat kota dan pengembang besar skala kota yang akan sanggup untuk berkontribusi membangun segmen kecil tersebut. "Beberapa pengembang diperkirakan mulai membidik pasar ini di wilayah-wilayah yang relatif masih murah namun dengan prospek yang cukup baik. Wilayah dengan 'economic base' (basis ekonomi) kawasan industri diperkirakan menjadi incaran pengembang," kata Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch. Ia memperkirakan, pembangunan rumah segmen kecil diperkirakan bakal semakin berkurang karena belum jelasnya kebijakan pemerintah mendorong perumahan rakyat. Selain itu, kejenuhan pasar di segmen atas juga masih dirasakan kalangan pengembang sehingga membuat pasar terus bergerak ke segmen menengah. "Pengembang pun banyak yang mulai fokus untuk memasarkan rumah menengah. Hal ini juga terlihat dari tren harga rumah rata-rata dengan kenaikan terbesar terjadi di segmen menengah," katanya. Ali berpendapat, secara umum pasar sebenarnya pasar tidak terlalu mengalami lonjakan, namun peningkatan terjadi karena banyak pengembang yang memasarkan produk di akhir tahun dengan berbagai "gimmick" marketing di tengah kenaikan BBM ketika itu. Hal itu, ujar dia, direspons sebagian besar konsumen membeli dengan harga "lama" sebelum harga naik, meskipun kemudian BBM sempat diturunkan di akhir tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pengembang berhati-hati menaikkan harga rumah
JAKARTA. Kalangan pengembang pada 2015 ini diperkirakan bakal lebih berhati-hati lagi dalam menaikkan harga properti. Selain pasar di beberapa segmen jenuh, juga karena daya beli masyarakat belum kuat. "Di tahun 2015 para pengembang relatif masih berhati-hati untuk menaikkan harga rumahnya. Banyak pengembang segmen kecil yang mulai beralih naik kelas ke segmen menengah," kata Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda, Kamis (22/1). Menurut dia, hal tersebut bukan berarti karena pasar segmen kecil menurun, melainkan dikarenakan harga tanah yang tinggi sehingga para pengembang yang umumnya skala kecil tidak sanggup lagi untuk membeli tanah dengan harga yang sudah terlalu tinggi. Dengan demikian, lanjutnya, wilayah pembangunan rumah segmen kecil akan semakin jauh dari pusat kota dan pengembang besar skala kota yang akan sanggup untuk berkontribusi membangun segmen kecil tersebut. "Beberapa pengembang diperkirakan mulai membidik pasar ini di wilayah-wilayah yang relatif masih murah namun dengan prospek yang cukup baik. Wilayah dengan 'economic base' (basis ekonomi) kawasan industri diperkirakan menjadi incaran pengembang," kata Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch. Ia memperkirakan, pembangunan rumah segmen kecil diperkirakan bakal semakin berkurang karena belum jelasnya kebijakan pemerintah mendorong perumahan rakyat. Selain itu, kejenuhan pasar di segmen atas juga masih dirasakan kalangan pengembang sehingga membuat pasar terus bergerak ke segmen menengah. "Pengembang pun banyak yang mulai fokus untuk memasarkan rumah menengah. Hal ini juga terlihat dari tren harga rumah rata-rata dengan kenaikan terbesar terjadi di segmen menengah," katanya. Ali berpendapat, secara umum pasar sebenarnya pasar tidak terlalu mengalami lonjakan, namun peningkatan terjadi karena banyak pengembang yang memasarkan produk di akhir tahun dengan berbagai "gimmick" marketing di tengah kenaikan BBM ketika itu. Hal itu, ujar dia, direspons sebagian besar konsumen membeli dengan harga "lama" sebelum harga naik, meskipun kemudian BBM sempat diturunkan di akhir tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News