KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan bisnis properti di Karawang semakin menggeliat sejalan dengan pertumbuhan sektor industrial dan gencarnya pembangunan infrastruktur di wilayah Timur Jakarta tersebut. Saat ini pembangunan sejumlah proyek infrastruktur besar sedang berlangsung di wilayah timur Jakarta seperti proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (elevated), dan proyek Bandara Kertajati. Pembangunan Pelabuhan Patimban juga sedang dipersiapkan. Faktor-faktor itu pula yang membuat banyak pengembang kian melirik Karawang. PT Agung Podomoro Land Tbk (
APLN) misalnya, terus melakukan ekspansi di kawasan tersebut. Setelah sukses membangun proyek Grand Taruma seluas 48 hektare (ha) di Karawang Barat, perusahaan ini akan mengembangkan proyek anyar bertajuk Taruma City seluas 5,6 ha di Jantung kota Karawang.
Grand Taruma merupakan proyek perumahan yang dilengkapi dengan ruko dan dikembangkan sejak 2011. Total hunian yang dikembangkan di sana mencapai 1.200 unit dan jumlah ruko sebanyak 424 unit. Hingga kini proyek ini tinggal tersisa 3 unit ruko dan 57 unit rumah. Sedangkan di Taruma City akan dibangun 243 unit ruko, 49 unit rumah mewah dan satu tower apartemen berkapasitas 700 unit. General Manager Taruma City Rina Irawan mengatakan, APLN akan terus melakukan ekspansi bisnis di Karawang. Setelah pengembangan Taruma City nantinya, perusahaan akan menyiapkan proyek-proyek baru lain yang masih dirahasiakan lokasi dan luasannya. "Agung Podomoro berani masuk ke Karawang karena kami sudah riset dulu. Karawang merupakan wilayah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia, sektor industrinya terus mengalami pertumbuhan dan upah buruh di sini merupakan tertinggi di Indonesia. Belum lagi banyak proyek infrastruktur yang sedang dibangun saat ini dan akan beroperasi dalam waktu dekat," kata Rina pada KONTAN, Selasa (26/2). Pertumbuhan kawasan industri tersebut, lanjut Rina, membuat kebutuhan akan properti terutama hunian semakin meningkat. Menurutnya, ekspatriat yang bekerja di Karawang, sangat besar yang menjadi potensi pasar di luar pasar lokal Rina yakin, dengan beroperasinya proyek-proyek infrastruktur yang sedang dibangun saat ini akan semakin mendorong pertumbuhan bisnis properti ke depan. Prospek tersebut sudah dibuktikan dengan harga lahan yang terus meningkat tajam. Rina mengungkapkan, harga lahan pada Februari 2011 sebelum Grand Taruma diluncurkan masih berkisar Rp 400.000 per meter persegi (m2) di kawasan Jalan Taruma Negara Karawang, lalu meningkat menjadi Rp 750.000 per m2 saat proyek APLN tersebut resmi dirilis. "Saat ini harga Rp 8 juta per m2 saja, orang tidak mau lagi jual karena mereka yakin setelah proyek-proyek infrastruktur jadi harga lahan akan naik gila-gilaan," tutur Rina. Sementara di pusat kota Karawang, lanjut Rina, harga lahan saat ini sudah mencapai Rp 30 jutaan per m2. Proyek Taruma City yang akan dikembangkan APLN tersebut berada di kawasan ini. Proyek tersebut akan diluncurkan pada kuartal II 2018 yang dimulai dengan pemasaran ruko terlebih dahulu yang akan dibanderol mulai harga Rp 1,8 miliar-Rp 10 miliar. Adapun rumah mewahnya akan dirilis pada pertengahan tahun, sedangkan apartemen baru akan diluncurkan setelah pengembangan ruko dan rumah. Rina bilang, apartemen tersebut akan dibangun dengan konsep middle up dan akan menyasar ekspatriat dari Jepang. "Di Karawang banyak sekali perusahaan otomotif sehingga ekspatriat Jepangnya banyak. Apartemen kami nanti akan menyasar ekspatriat Jepang yang tidak mampu membeli rumah-rumah mewah tadi," kata Rina. Proyek properti laris Pengembang besar lain yang juga sedang gencar melakukan ekspansi di Karawang adalah PT Summarecon Agung Tbk (
SMRA) dengan mengembangkan kota mandiri Summarecon Emerald di lahan 43 ha. Proyek ini sudah mulai dipasarkan sejak tahun 2016 dan hingga saat ini SMRA sudah mengembangkan tiga kluster hunian di sana yaitu Kalista Homes, Advani Homes dan Elora Homes, serta satu kluster proyek komersial berupa ruko bertajuk Sapphire Commersial. Adrianto P Adhi, Direktur Utama SMRA mengatakan, produk-produk yang dirilis perusahaan di Karawang laris terjual. Proyek terakhir yang diluncurkan perseroan pada akhir 2017 lalu yaitu kluster Kalista Homes sebanyak 268 unit yang dijual dengan harga mulai Rp 450 jutaan sudah
sold out. "Pembangunan proyek infrastruktur yang ada di wilayah Karawang saat ini akan semakin mendorong pertumbuhan bisnis properti di sana. Tetapi kami belum sampaikan produk baru apa yang akan kami luncurkan tahun ini di sana," kata Adrie. Pollux Properties juga sedang membangun proyek kota mandiri di Karawang bertajuk Pollux Technopolis di lahan 40 ha. Di kawasan ini rencananya akan dibangun 5 menara menara apartemen yang dibangun dengan jumlah 2.500 unit, gedung-gedung perkantoran 80 lantai, mal, rumah sakit, dan universitas teknologi. Investasi pengembangan proyek ini ditaksir mencapai Rp 50 triliun.
Tahap pertama, Pollux Technopolis akan membangun Kairaku Residence dan Dotonburi Shopping Street. Kairaku Residence merupakan apartemen yang terdiri dari 5 tower dengan total 2.500 unit yang dijual dengan harga mulai Rp 390 juta. Sedangkan Dotonburi Shopping Street merupakan shopping street berupa bangunan ruko 4 lantai. Tahap ini akan dibangun selama 3 tahun dan ditargetkan selesai 2020 dengan investasi Rp 7 triliun. Pengembang lain, PT Perkasa Internusa Mandiri atau Alfaland juga berencana melakukan ekspansi bisnis ke Karawang. Perusahaan milik Taipan Djoko Susanto ini sudah memiliki lahan seluas 28 ha di Karawang Timur yang rencananya akan dikembangkan menjadi kawasan mixed use yang meliputi perumahan, hotel, mall, rumah sakit dan sarana komersial lainnya. Hanya saja, Alfaland belum menetapkan kapan proyek tersebut akan mulai dikembangkan. "Kemungkinan akan dikembangkan setelah tahun politik," kata Kurnia Sukrisna, Managing Directur Alfaland sebelumnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia