KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembang properti didorong untuk berkolaborasi membangun Karawang menjadi kawasan bisnis dan komersial layak huni. Pasalnya, sektor properti di wilayah tersebut prospektif dan memiliki daya tarik investasi yang kuat. Hal ini juga sejalan dengan semangat Karawang yang saat ini sebagai Kawasan Industri terbesar di Asia Tenggara, untuk bertransformasi menjadi Kota Industri. Untuk mendukung rencana itu, Pemkab Karawang telah menyiapkan berbagai kemudahan perizinan dan pengembangan infrastruktur pendukung yang terintegrasi. ”Kami sedang berupaya menjadikan Karawang ini bukan lagi sekadar Kawasan Industri akan tetapi Kota Industri. Jadi antara Kawasan Industri dengan fasilitas pendukung lainnya seperti untuk hunian dan Kawasan bisnis terintegrasi,” kata Kepala Dinas Penanaman Modal Terpadu Satu Pintu Kabupaten Karawang, Eka Sanatha dalam paparan virtual dikutip, Jumat (5/8).
Baca Juga: Ajinomoto Ajak Media Keliling Pabrik di Karawang Terlebih Karawang ditopang oleh fasilitas serta infrastruktur yang membuat semakin mudah akses dari dan menuju ke Karawang. Ia bilang, konektivitas Karawang sangat tinggi yang didukung tol Jakarta-Cikampek, Jakarta-Cikampek-Elevated (MBZ), Jalan Tol Jakarta-Cikampek II, dan Jalan Tol Lingkar Luar II Sentul-Karawang Barat yang progress pembangunannya terus berjalan. Selain itu, Karawang juga dekat dengan Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Patimban dengan jarak masing-masing 70 kilometer. Lalu, akses Bandara Soekarno-Hatta dengan jarak 90 kilometer dan Bandara Kertajati 122 kilometer. Berdasarkan PP 13 Tahun 2017 dan Permenhub 69 Tahun 2013, rencananya, akan dibangun Bandara Soekarno-Hatta II di Karawang. Akses transportasi lainnya adalah rel kereta yakni Stasiun Karawang, Stasiun Cikampek, dan Transit Oriented Development (TOD) Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Ada juga transportasi masal peninggalan Belanda yang menghubungkan antar Kecamatan di Karawang ke Rengas Dengklok – Rawa Merta – Cikampek – Cilamaya. Eka menegaskan bahwa Kabupaten Karawang sangat prospektif untuk Kawasan bisnis dan komersial. Atas dasar itu, pihaknya mengundang lebih banyak pengembang properti untuk berkolaborasi membangun Karawang yang lebih modern dan lebih layak huni. “APBD kita jujur saja hanya Rp 4,8 triliun. Kecil dibandingkan investasi yang masuk ke Karawang. Maka tidak mungkin kami membangun sendiri. Harus sama-sama dengan sektor swasta,” tuturnya. Sejauh ini, kata Eka, Pemkab Karawang sebenarnya sudah menjalankan pola kolaborasi dengan beberapa perusahaan pengembang properti besar seperti Summarecon dan Agung Podomoro Land. “Contoh Agung Podomoro di salah satu proyek propertinya di Karawang, itu mereka menyediakan lahan untuk Fasum (Fasilitas Umum) dan Fasilitas Sosial (Fasos) yang kemudian digunakan untuk SPAM (Sistem Pengelolaan Air Minum). Nah itu kita belum bisa siapkan (lahannya) tapi pengembangnya yang membantu sediakan duluan. Nah seperti itulah yang memang kita butuhkan,” ucap Eka. Pada acara yang sama, Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, mendorong Kabupaten Karawang dari Kawasan Industri menjadi Kota Industri. Salah satunya dengan membangun
Central Business District (CBD). “Saya yakin mampu CBD dibangun di Karawang. Ajak kolaborasi pengembang besar itu kan ada Agung Podomoro Land yang sedang mengembangkan kawasan di sini juga,” tegasnya. Menurut Yayat, CBD sangat penting untuk mendukung transformasi Karawang menjadi Kota Industri. Terlebih kehadirannya akan mendorong pertumbuhan perekonomian yang lebih kuat secara jangka panjang. Perlu diingat bahwa Ibu Kota Negara akan pindah. Tidak tertutup kemungkinan pemilik pabrik di Karawang yang kantornya saat ini di Jakarta, pindah ke Karawang ketika di Karawang sudah siap dengan CBD-nya. Setelah hal tersebut terjadi maka profil pekerja di Karawang semakin meningkat. Semakin banyak juga tenaga kerja asing yang berkantor di Karawang untuk kemudian mendorong peningkatan
demand properti dan Kawasan bisnis.
Baca Juga: Summarecon Agung (SMRA) Akan Meluncurkan Proyek Township pada Semester II-2022 Pengamat Properti dari Colliers Indonesia, Ferry Salanto, meyakini bahwa prospek properti di Karawang sangat positif dan berlangsung secara jangka panjang.
“Apalagi investasi yang terjadi baru-baru ini adalah dari industri High Tech seperti Data Center dan Kendaraan Listrik. Ini akan meningkatkan profil pasar serta sustainabilitas industri di Karawang karena banyak yang berkaitan dengan teknologi masa depan,” ungkapnya. Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Barat, Joko Suranto, mengatakan Kawasan Industri memang harus disertai Kawasan Hunian. Hal ini sejalan dengan cita-cita Pemkab Karawang untuk menjadi Kota Industri. “Kawasan Industri harus disertai Kawasan Hunian untuk mengurangi kemacetan, menciptakan kenyamanan kerja, dan menciptakan efisiensi sehingga menciptakan multiplier effect yang luas dan positif,” kata Joko. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto