JAKARTA. Para pengembang properti berharap, suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) yang diterapkan oleh perbankan tidak terlalu tinggi. Karena kalau bunga KPR melonjak tinggi, sudah pasti pertumbuhan properti akan melesu. Menurut catatan Real Estate Indonesia (REI) ada sekitar 90% pembeli properti itu mengambil KPR. "Bisa dibayangkan kalau bunga KPR itu naik terlalu tinggi," ujar Handoyo Kristianto Ketua Dewan Pimpinan Pusat REI. Untuk itu para pengembang properti berharap agar perbankan menerapkan bunga KPR maksimal hanya 4% dari bunga acuan BI Rate. "Kalau di atas ini, para pembeli merasakan keberatan," ujar Handoyo. CEO PT Sarana Multiland Matius Jusuf mengatakan, kenaikan suku bunga KPR rentan terhadap perencanaan pemasaran rumah."Bagi masyarakat bunga KPR itu sensitif. Makanya bank jangan yang mengambil margin bunga terlalu tinggi," ujarnya. Apalagi di tengah krisis ini juga, daya beli masyarakat juga sedang melesu. Yang membuat konsumen terutama kalangan menengah ke bawah menjadi urung membeli properti saat ini. "Masyarakat akan banyak menunggu sampai bunga KPR itu jelas kenaikannya berapa," ujar Handoyo. Meskipun begitu, para pengembang tetap harus melakukan ekspansinya membangun bangunan properti yang baru. Jangan sampai karena masalah bunga ini, pengembang pesimis menghadapi kondisi pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Pengembang Minta Bunga KPR Maksimal 4% Di atas BI Rate
Oleh: Lamgiat Siringoringo
Selasa, 28 Oktober 2008 15:48 WIB
BERITA TERKAIT
Industri
BI Rate Naik, Pengembang Was-was
Internasional
Properti Terbesar Malaysia Tersandung Krisis Global
Industri