KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan properti hunian mayoritas tengah fokus pada pengembangan
high rise building di tengah semakin sempitnya lahan di kota-kota besar. Namun, belakangan beberapa pengembang mulai menawarkan konsep hunian vertikal dengan tetap memberikan sentuhan layaknya rumah tapak lewat proyek lo
w rise. Misalnya PT Alam Sutera Tbk (ASRI), yang menawarkan hunian setinggi lima lantai berharga murah pada Juli 2018 ini. Proyek ini bernama Lloyd Signature di Alam Sutera Serpong. Sebelumnya, pengembang ini sukses meluncurkan proyek dengan konsep serupa yakni, Apartemen Lloyd, April 2018. Lloyd Signature terdiri dari dua menara. Satu tower terdapat lima lantai dan satu semi basement. Setiap lantai tersedia lima unit hunian yang terdiri dari tiga tipe yaitu
bedroom (106,2 m²), tiga
bedroom (131,5 m²) dan tiga
bedroom plus (135,5 m²). Adapun harganya dibanderol mulai Rp 20, 5 juta per m².
Rossie Andriani,
Marketing Planning & Development Division Head Alam Sutera menjelaskan, pertimbangan ASRI mengembangkan apartemen
low rise karena pada dasarnya masyarakat lebih senang tinggal di rumah. Apartemen pendek ini untuk mengantisipasi, lahan yang semakin terbatas dan mahal. Padahal jumlah penduduk yang terus bertambah membuat kebutuhan rumah tinggal terus meningkat. Konsep
low rise apartment hadir berupaya menyatukan keunggulan rumah landed house dengan fasilitas lengkap apartemen. "Landed house memberikan ruang yang lega tapi minim fasilitas. Sebaliknya, di apartemen banyak fasilitas namun terbatas." kata Rossie kepada Kontan.co.id Kamis (12/6). Alam Sutera melihat prospek apartemen pendek ini masih bagus. Terbukti, pasar merespon baik proyek low rise pertama mereka, yaitu Apartemen Llyod. Proyek ini di lahan seluas 4 hektare (ha), terdiri dari 22 menara berkapasitas total 460 unit. Tony Rudianto, Sekretaris Perusahaan ASRI menambahkan, Apartemen Lloyd sudah terjual sekitar 60% sejak peluncuran, Nilai
marketing sales Rp 650 miliar. Mayoritas pembeli adalah pengguna atawa
end user, dari Alam Sutera, Tangerang, dan Jakarta. Banyak pengikut Sambutan pasar yang baik terhadap proyek
low rise juga menjadi perhatian PT Waskita Realty. Perusahaan ini mulai mengembangkan proyek
low rise di sekitar Jabodetabek. "Ada rencana mengembangkan proyek
low rise tahun depan. Kami sedang merancang prototipenya agar lebih efisien dan menjajaki dengan Waskita Beton Precast untuk desainnya," kata Tukijo, Direktur Utama Waskita Realty. Tukijo menganggap, pengembang hunian dengan konsep
low rise memang menarik. Cuma, pengembang memang memiliki kendala dalam pengadaan lahan untuk membangun hunian yang mengusung konsep tersebut. Selain Asri dan Waskita Realty, ada pengembang lain yang juga siap ekspansi di proyek
low rise, yaitu PT Diamondland Development dan PT Synthesis Development. Sejak awal tahun 2018, Diamondland Development telah merilis proyek Apple Apartment. Proyek ini terdiri dari bangunan empat lantai di lahan seluas 3.005 meter persegi (m²), yang dikembangkan di Jati Padang, Jakarta Selatan. Proyek ini terdiri dari tiga menara dengan total kapasitas 300 unit, satu tower mencakup 100 unit. Diamondland akan menawarkan apartemen tersebut dalam tipe studio dengan berbagai variasi seharga mulai Rp 450 juta. Perusahaan ini memperkirakan proyek akan menelan dana investasi sekitar Rp 150 miliar. Mereka menargetkan semua proyek bisa rampung pada Juni 2020.
Bayu Setiawan,
Managing Director Diamondland mengatakan, proyek apartemen low rise tersebut akan menyasar profesional muda generasi milenial, terutama mereka yang bekerja di kawasan CBD TB Simatupang. Sementara Synthesis Development berencana menggarap proyek
mixed use bertajuk Kalingga City di Pondok Cabe tahun ini. Proyek tersebut bakal dibangun di atas lahan seluas 4,7 ha dengan total kapasitas 192 unit rumah tapak, tiga tower apartemen
low rise, serta dilengkapi dengan sarana komersial. Manggala Wicaksono, Manajer Pengembangan Bisnis PT Synthesis Development mengungkapkan, proyek Kalingga City rencananya akan diluncurkan pada Agustus 2018 mendatang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi