KARAWANG. Setelah Bekasi dan Cikarang yang padat oleh pembangunan permukiman, komersial, dan kawasan industri, kini giliran kabupaten Karawang yang dilirik investor dan para pengembang. Perubahan orientasi pengembang, menurut Direktur Pohon Group, Norman Eka Saputra, sudah terjadi sejak tiga tahun terakhir, atau tepatnya setelah krisis finansial global 2008. Saat itu banyak kalangan investor dan industri yang mencari lahan dengan harga lebih murah. "Karawang mulai diperhatikan investor. Kami termasuk salah satu yang membidik lahan di sana sejak dua tahun lalu," buka Norman kepada
Kompas.com, Senin (20/10). Norman menjelaskan, prospek Karawang sebagai lahan garapan masa depan sangat menjanjikan. Terlebih harga lahan saat ini memang masih kompetitif sekitar Rp 300.000-Rp 400.000 meter persegi untuk lahan perumahan dan Rp 5 juta-Rp 6 juta untuk lahan komersial.
"Saya memprediksi, pertumbuhan akan semakin melesat saat para pengembang mulai merealisasikan rencana mereka. Ketika pertumbuhan itu terjadi, akan ada banyak properti komersial yang berdiri seperti hotel, kawasan industri, apartemen sewa, dan rumah untuk para pekerja di kawasan industri," tutur Norman. Pohon Group sendiri telah mengoperasikan TreePark Serviced Apartment sebanyak 124 unit dengan varian tipe 30 meter persegi hingga 47 meter persegi. Tarif sewa per bulan dipatok sekitar US$2.000 hingga US$2.500. "TreePark Serviced Apartment ini ditujukan khusus bagi ekspatriat Jepang. Properti semacam ini bakal tumbuh pesat di masa yang akan datang," tandas Norman. Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto mengamini. Menurut dia, selain itu, ekses lain dari aktivitas pembangunan para pengembang di Karawang adalah kepastian melonjaknya harga lahan. "Pasalnya, permintaan akan tumbuh pesat. Pengembang akan bergerilya cari tanah luas yang bisa dikembangkan jadi kawasan industri. Sektor industri akan berkembang ke wilayah utara dari tol Jakarta-Cikampek, seperti Karawang ini," ujar Ferry. Ferry melanjutkan, sektor hunian juga akan mengikuti saat kawasan-kawasan industri sudah beroperasi. Terlebih saat Undang-undang No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, yang mengharuskan perusahaan-perusahaan manufaktur baru untuk beroperasi di dalam kawasan industri, mulai diberlakukan. "Karawang punya potensi. Selain lahan luas, juga infrastruktur jalannya relatif lebih memadai dibanding kawasan timur Jakarta lainnya," imbuh Norman. Potensi besar Secara geografis, Karawang berada di jalur pantai utara Jawa dan berada di dataran yang relatif rendah. Hal ini disebabkan Karawang hanya berada 25 meter di atas permukaan laut. Luas wilayahnya mencapai 175.327 hektar dan berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Subang di sebelah timur, Kabupaten Purwakarta di sebelah Tenggara, Kabupaten Bogor dan Cianjur di sebelah selatan, serta Kabupaten Bekasi di sebelah barat.
Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karawang, jumlah penduduk Karawang pada 2012 mencapai 2.207.181 jiwa dengan kepadatan mencapai 1.259 jiwa per kilometer persegi. Selain dikenal sebagai lumbung padi Nasional dengan luas sawah 94.311 hektar, Karawang juga potensial dijadikan sebagai sentra kawasan industri. Kabupaten ini menyediakan sekitar 5.837 hektar dan kini sudah terbangun lebih dari 2.250 hektar. Mengacu pada data Himpunan Kawasan Industri Indonesia, hingga saat ini terdapat empat kawasan industri besar yakni Daya Kencanasia Industrial Park, Karawang International Industrial City, Kawasan Industri Mitrakarawang, dan Suryacipta City of Industry. "Upah Minimum Regional (UMR) yang masih relatif rendah juga menjadi salah satu pertimbangan mengapa Karawang diincar banyak investor dan pengembang. Hingga 2013 kemarin, UMR tahunan Karawang baru menyentuh angka Rp 2.000.000," tandas Ferry. (Hilda B Alexander) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto