KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah pengembang optimistis bisnis properti akan mulai bangkit tahun 2019. Kebijakan-kebijakan pemerintah terutama terkait pelonggaran aturan kredit properti (
Loan to Value/LtV) dinilai akan menjadi kekuatan baru bagi industri properti setelah lesu sejak lama. Sementara tren kenaikan suku bunga tidak mengkhawatirkan para pengembang. Menurut mereka kebijakan Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan atau BI 7-Day Repo Rate ke level 6% adalah langkah yang tepat karena faktor eksternal. Perusahaan properti mengaku masih punya cara untuk memudahkan konsumen memiliki hunian di tengah kenaikan suku bunga. Adrianto P Adhi, Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mengatakan, indikator perbaikan pasar properti bisa dilihat dari penjualan perusahaan dalam dua bulan terakhir. Penjualan harian pengembang kota-kota terpadu ini mengalami peningkatan dan produk-produk baru yang diluncurkan langsung terserap pasar dengan cepat.
"Saya yakin kuartal I-2019 akan lebih baik dari kuartal IV-2018. Apalagi setelah Pilpres berakhir, pasar properti akan rebound," pada Adrie pada Kontan.co.id, Kamis (23/11). Adrie bilang, dengan pelonggaran aturan
loan to value (LTV) yang tidak mengatur ketentuan uang muka untuk rumah pertama akan membuat pengembang lebih mudah membuat program-program yang akan membantu masyarakat mendapatkan hunian. Sementara terkait kenaikan suku bunga, Adrie melihat memang bisa berdampak pada daya beli masyarakat. Namun, dia meyakini perbankan tidak akan mengerek bunga kredit secara signifikan karena harus tetap memperhatikan kelangsungan bisnisnya. Menurutnya, bank-bank akan merespon kenaikan bunga acuan dengan hati-hati. Sementara untuk mengantisipasi dampak pada penurunan daya beli masyarakat, Summarecon Agung akan menyiapkan program-program untuk memudahkan masyarakat mendapatkan rumah."Kami selama ini ada alokasi biaya marketing. Ini yang akan kami alokasikan untuk itu," ujar Adrie. Saat ini, porsi penjualan Summarecon Agung dengan skema Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) atau Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA) sudah mencapai 50%. SMRA memang belum menetapkan target marketing sales tahun depan, namun Adrie mengatakan pihaknya akan tetap membidik pertumbuhan tahun depan dari tahun 2018. Sementara tahun ini, perusahaan menargetkan penjualan pemasaran sebesar Rp 4 triliun. Senada, Rudy Margono, President Director Gapura Prima Group juga meyakini bisnis properti akan mulai bergerak naik tahun depan. Selain didorong oleh kebijakan pemerintah terutama lewat pelonggaran LTV, pasar properti menurutnya sudah waktunya untuk rebound karena sudah lesu terlalu lama. Dia memperkirakan industri properti secara nasional bisa tumbuh sekitar 10%-20% tahun depan. "Lesunya properti ini sudah sangat lama, sejak akhir 2013 turun terus. Saya yakin tahun depan akan rebound dengan dukungan beberapa kebijakan properti yang sudah mulai relaks," kata Rudy. Pertumbuhan yang paling tinggi menurut Rudy akan terjadi di segmen menengah bawah. Oleh karena itu, Gapura Prima Group berencana untuk meluncurkan dua proyek baru tahun depan yang menyasar segmen tersebut. Perusahaan akan meluncurkan apartemen di wilayah Bogor dengan harga mulai Rp 180 jutaan dan proyek apartemen di wilayah Cengkareng mulai Rp 200 jutaan. Tahun depan, Gapura Prima menargetkan target penjualan pemasaran tumbuh sekitar 20% dari tahun ini dimana separuhnya akan dikontribusikan dari PT Perdana Gapura Prima Tbk (GPRA).
Sementara Ivy Wong, Direktur PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) mengatakan, jika berkaca dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, bisnis properti selalu mengalami pertumbuhan usai pilpres. Oleh karena itu, dia percaya kondisi tahun depan akan lebih baik apalagi menurutnya kondisi pasar properti sudah turun cukup lama. Memang PWON belum menetapkan target penjualan pemasaran tahun depan karena masih menunggu perkembangan hingga akhir tahun. Namun, Ivy bilang, target seharusnya naik dengan melihat kondisi yang ada saat ini. "Saya berharap tahun depan akan lebih baik. PWON juga berencana untuk meluncurkan proyek baru dan produk baru di proyek eksisting tahun 2019 usai pilpres."kata Ivy. Ivy melihat, tren kenaikan suku bunga saat ini tidak berdampak besar pada bisnis properti karena posisi suku bunga tersebut menurut juga masih cukup rendah jika dibanding pada tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, tenor KPR/KPA yang diperpanjang saat ini akan membantu mengantisipasi kenaikan suku bunga tersebut."Kenaikan bunga juga sementara, jadi tenor panjang ini cukup membantu." jelasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi