Pengembang Perumahan Berhemat Besar-Besaran



JAKARTA. Krisis finansial membuat para pengembang sesak napas. Apalagi, sejak pekan lalu, pengembang tidak lagi menerima kucuran kredit konstruksi. ''Ini membuat pengembang mulai melakukan efisiensi,'' kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat Real Estate (REI), Teguh Satria.Mereka melakukan efisiensi dengan mengurangi tenaga tukang untuk membangun rumah. Ini untuk mengurangi beban dana operasional yang harus ditanggung akibat tingginya suku bunga kredit konstruksi 18 %. Tentu saja membuat pembangunan rumah, berhenti dibangun. ''Rumah pun tidak bisa dijual karena baru jadi setengahnya saja,'' tandasnya.Dengan pengurangan tenaga kerja itu, pembangunan masih bisa berjalan. Hanya saja, realisasi perumahan itu selesai semakin jauh panggang dari api. Ini terjadi untuk perumahan bersubsidi seperti rumah susun milik (rusunami) dan rumah sederhana sehat (RSh) serta perumahan non subsidi.Malah ada beberapa pengembang, sampai berhutang ke kontraktor. Mereka ini berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. ''Hanya saja kalau mereka paksakan bisa bangkrut juga,'' tandasnya.Bisa dibilang, saat ini pengembang hanya memiliki modal Rp 140 miliar untuk bangun perumahan. Rinciannya, Rp 40 miliar adalah modal sendiri sementara sisanya Rp 100 miliarĀ  merupakan dana pinjaman dari bank.Pengembang rusunami Pancoran Riverside, Bally Saputra, juga tidak menampik efisiensi ini. Pasalnya, pengembang harus bisa berhitung secara cermat, dengan tenaga tukang yang ada pembangunan tetap jalan. ''Di tengah kesulitan likuiditas ini pengembang melakukan banyak penghematan,'' tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News