JAKARTA. Proyek properti yang terintegrasi dengan transportasi massal alias transit oriented development (TOD) akan semakin diminati di kota-kota besar khususnya Jabodetabek yang memiliki tingkat kemacetan lalu lintas yang cukup tinggi.Sejumlah pengembang pun kian melirik potensi tersebut dengan berencana membangun proyek-proyek baru berkonsep TOD dengan gencar melakukan akuisisi lahan di titik-titik pemberhentian proyek transportasi umum yang tengah dibangun saat ini seperti
light rail transit (LRT),
mass rapid transit (MRT), kereta api dan lain-lain atau melakukan penjajakan kerjasama dengan pemilik lahan.Pengembangan ini tidak hanya menarik minat pengembang BUMN atau anak usaha BUMN seperti Adhi Karya, Jasamarga, Wika Realti, HK Realtindo, Perumnas dan lain-lain tetapi para pengembang swasta juga tak ingin mengabaikan potensi cuan dari pengembangan hunian atau sara komersial berbasis TOD.
PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) misalnya sangat tertarik mengembangkan proyek TOD. Oleh karena itu, perusahaan yang terkenal dengan nama Metland ini terus mengincar lahan di wilayah yang dilalui proyek transportasi publik baik lewat akuisisi sendiri maupun dengan strategi kerjasama. Olivia Surodjo, Direktur Keuangan Metland mengatakan saat ini pihaknya sedang menjajaki kerjasama dengan beberapa pemilik lahan di kawasan TOD. Salah satunya adalah pengembang BUMN. Hanya saja tidak tidak merinci dimana lahan yang sedang mereka incar. "Kami tertarik deng konsep TOD karena Konsumen saat ini lebih senang dengan hunian atau proyek yang berada terintegrasi dengan publik transportation. Selain dengan Adhi, kita ada potensial partner yang memiliki lahan besar." katanya di Jakarta, Rabu (22/2). Selain itu, Metland juga saat ini sudah memiliki landbank seluas 3.500 meter persegi (m2) di kawasan MT Haryono Jakarta yakni dekat dengan salah stasiun LRT yang tengah dibangun saat ini. Lahan tersebut juga berdekatan dengan proyek TOD yang dikembangkan Wika Realty dan Adhi Karya. Menurut Olivia, lahan tersebut nantinya akan dikembangkan menjadi gedung perkantoran. Namun perseroan belum menentukan kapan proyek tersebut akan diluncurkan mengingat kondisi pasar petkantoran di Jakarta saat ini masih
over supply. "Sudah mulai
groundbreaking sebenarnya tapi dalam arti dalam pasang pondasi saja. Untuk naik ke atas akan tergantung pasar." jelas Olivia. Lalu, Metland juga memiliki proyek eksisting yang berdekatan dengan proyek LRT Jabodetabek yakni Grand Metropolitan Mall Bekasi. Disana, Perseroan juga masih memiliki landbank yang akan rencananya akan dibangun menjadi kawasan apartemen. Sementara PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) sudah lama menyatakan minatnya untuk mengembangkan kawasan TOD. Maklum, perusahaan ini memiliki lahan seluas 60 hektare (ha) di Cimanggis yang akan dikembangkan menjadi kawasan mixed use berdekatan dengan proyek LRT Jabodetabek tahap II. APLN sudah mengajukan ke instansi yang berwenang agar salah satu stasiun LRT ada di kawasan proyek tersebut. Indra W Antono, Wakil Direktur Utama APLN mengatakan saat ini perizinan pengembangan TOD tersebut masih dalam proses. " Masih on progress karena proyek kita dekat dengan LRT tahap II." katanya pada KONTAN, Kamis (23/2). Saat ini, APLN telah meluncurkan tiga tower apartemen di kawasan tersebut bertajuk Podomoro Golf View sekitar 4.000 unit dan sudah digarap sejak tahun lalu. Saat ini, proyek ini sudah terjual 85%. Pada maret mendatang akan diluncurkan satu tower lagi dengan kapasitas 1.500 unit yang menyasar segmen bawah dan ditargetkan bisa terjual 400unit tahun ini. Pengembang lain yang tak ketinggalan mengincar potensi cuan TOD adalah Pikko Group. Saat ini, pengembang tersebut sudah memiliki dua proyek di kawasan TOD yakni Thamrin District Residence (TDR) Bekasi dan Signature Park Grande (SPG) MT Haryono. Lalu SPG merupakan kawasan pengembangan terintegrasi yang terdiri dari apartemen dan kawasan komersial seluas 4,4 ha. Proyek ini dekat dengan stasiun LRT yakni Cikoko dan Cawang. "Di sana ada 2600 unit apartemen, retail dan mini office, serta lifestyle center. Salah satu penyewa retail kami adalah Bengawan Solo dan Tumble Tots. Serah terima mulai maret 2017. Ini sudah terjual 75% lebih, " kata Nio Yantoni Dirut Pikko Land pada KONTAN.
Dengan pengembangan infrastructur yang dilakukan pemerintah, Nio optimis penjualan mereka akan semakin membaik. Sementara proyek TDR merupakan proyek
mixed use yang dekat dengan stasiun LRT dan tol Becakayu. Proyek ini sudah terjual 50% dan grounbreaking tahap I akan dilakukan pada Maret mendatang. Selain dua proyek itu, Pikko Land juga berencana membangun proyek di kawasan TOD baru. Mereka akan meluncurkan proyek hunian yang terintegrasi dengan sarana komersial bertajuk Signature Hampton dekat dengan MRT Lebak Bukus seluas 2,3 ha. "Signature Hampton akan dibangun beberapa tower apartment dan retail. Jumlah apartment sekitar 2000 unit. Sekarang masi dlm pematangan design. " kata Nio. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia