KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kalangan pelaku usaha menyambut baik upaya pemerintah membangun banyak bendungan di Nusa Tenggara Timur (NTT). Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) NTT, Bobby Lianto, mengatakan, keberadaan bendungan di daerahnya sangat dibutuhkan semua lapisan masyarakat. Tak terkecuali bagi para pelaku usaha. Bobby bilang, NTT merupakan provinsi yang memiliki komoditas pertanian melimpah. Namun, industri di NTT menghadapi tantangan besar dalam pengembangannya.
Salah satunya ketersediaan air. "Selama ini NTT kesulitan mendapatkan sumber air," kata Bobby kepada KONTAN, Jumat dua pekan lalu (9/8). Bobby menambahkan, NTT memiliki potensi besar di berbagai sektor usaha. Mulai dari pertanian, peternakan, perikanan hingga pertambangan.
Baca Juga: Air Melimpah di Nusa Terindah Namun, minimnya infrastruktur dan dukungan regulasi, menyebabkan provinsi ini tidak memiliki industri dalam skala besar. Mayoritas usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Saat ini NTT masih bergantung pada sektor komoditas tanpa adanya nilai tambah. Dia mencontohkan pemasaran komoditas, yang sebagian besar hanya didistribusikan ke daerah-daerah terdekat NTT. Di antaranya, Sulawesi Selatan, Surabaya, Jawa Timur dan Jawa Barat. Ini terjadi karena kurangnya konektivitas dan infrastruktur di NTT. Celakanya, komoditas tersebut dipasarkan tanpa melalui proses pengolahan di daerah asalnya. Misalnya, komoditas rumput laut asal NTT yang dikenal berkualitas tinggi. Sebelumnya, komoditas ini seringkali dikirim ke Jawa untuk diolah lantaran minimnya jumlah pabrik pengolahan di NTT.
Anggaran pemerintah
Dengan infrastruktur yang tidak memadai, kata Bobby, investor kurang tertarik berinvestasi membangun pabrik pengolahan di NTT. "Akhirnya, kami mengusulkan kebijakan untuk mengatur agar bahan baku rumput laut tidak didistribusikan keluar daerah. Harapannya, bisa memaksa pabrik-pabrik pengolahan berdiri di NTT," jelasnya. Upaya itu membuahkan hasil. Bobby bilang, sejak 2023, sudah ada tiga pabrik pengolahan rumput laut di NTT. Sayangnya, investor yang ingin membuka pabrik di NTT masih kerap menemui kendala, seperti proses perizinan yang rumit. "Kami butuh kebijakan mendukung serta insentif untuk memudahkan investor berinvestasi di NTT," imbuh dia. Bobby Pitoby, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) NTT menimpali, minimnya industri di daerahnya juga berdampak pada ketergantungan ekonomi terhadap belanja pemerintah.
Baca Juga: Air Bendungan Mulai Mengucur, Lahan Pertanian Semakin Subur Menurut Pitoby, NTT adalah salah satu provinsi yang sangat bergantung pada belanja pemerintah untuk menopang perekonomiannya. Kondisi itu berpotensi menimbulkan masalah besar bagi perekonomian NTT jika anggaran pemerintah tertekan. "Sebagian besar penghasilan kami berasal dari pertanian dan konsumsi masyarakat, dengan kredit konsumtif yang tinggi. Jika belanja pemerintah dipotong atau APBD berkurang, dampaknya akan sangat besar," ungkapnya.
Pitoby menekankan pentingnya pengembangan industri besar untuk mengurangi ketergantungan perekonomian NTT terhadap anggaran pemerintah. Sejauh ini, industri besar yang ada di NTT adalah PT Muria Sumba Manis. Perusahaan yang berlokasi di Sumba Timur, NTT ini bergerak di bisnis gula. Selain itu ada PT Semen Kupang. Namun, kata Pitoby, pabrik semen ini sudah sejak lama mengalami kesulitan likuiditas. "Mesin-mesin yang sudah usang dan proses produksi yang minim nilai tambah, membuat pabrik semen Kupang tidak dapat memenuhi kebutuhan semen di NTT secara efektif," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan