JAKARTA. Pengembangan tanaman jarak pagar sebagai bahan bakar nabati alias biodiesel jalan ditempat. Hingga saat ini pengembangan jarak pagar belum bisa mencapai nilai keekonomian. Artinya, biaya produksi masih lebih besar dari produktivitas yang dihasilkan tanaman ini.Direktur Tanaman Tahunan Kementerian Pertanian Rismansyah Danasaputra mengakui proses pengembangan budidaya jarak pagar memang sedikit tersendat. “Sebab, sampai saat ini kita masih kesulitan menemukan bibit unggul," jelasnya kepada KONTAN Kamis (24/2).Tim riset Kementerian Pertanian masih terus berupaya untuk melakukan penelitian dan ujicoba demi menemukan bibit unggul yang memiliki tingkat produktivitas tinggi. “Jika ini dilakukan petani akan semakin tertarik untuk mengembangkan tanaman jarak pagar," ujarnya.Asal tahu saja, produktivitas jarak pagar per hektare masih sangat rendah dibandingkan produktivitas sawit. Karena, produksinya di bawah 10 ton per hektare. Tingkat rendemen atau kadar minyak yang terkandung di dalam jarak juga sangat rendah yakni hanya sekitar 25%. Artinya, jika nantinya produksi jarak bisa mencapai 10 ton per hektare, volume minyak yang dihasilkan hanya sebesar 2,5 ton per hektare. "Untuk bisa mencapai tingkat keekonomian, dibutuhkan rendemen setidaknya 40%," jelas Rismansyah.Pengembangan jarak pagar sudah dimulai beberapa waktu lalu oleh para petani di Kabupaten Muko Muko, Bengkulu. Luas lahan mereka sudah mencapai 140 hektare. Untuk tahun ini, Kementan mematok penambahan luas areal tanam jarak pagar menjadi 12.000 hektare. Tahun 2010 lalu, luas areal lahan jarak pagar seluas 10.000 hektare. "Penambahan lahan per tahun ditargetkan rata-rata 2.000 - 3.000 hektare per tahun," jelas Rismansyah.Sedangkan target produksi jarak tahun ini sebanyak 20.000 ton. Jumlah ini meningkat ketimbang target tahun lalu yang sebesar 15.000 ton. Rismansyah optimistis pengembangan jarak pagar ke depan makin bagus. Sebab, sudah ada pihak swasta yang tertarik untuk ikut serta dalam bisnis jarak pagar ini yaitu Medco. Namun, beberapa waktu lalu, Sofyan Panigoro, Chief Executive Director PT Metra Duta Lestari, anak usaha Medco Group mengatakan bahwa pihaknya belum terlalu tertarik masuk ke bisnis jarak. “Pengembangan bisnis jarak masih terganjal beberapa kendala, salah satunya kesulitan dalam proses panen,” kata Sofyan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pengembangan jarak pagar terganjal sulitnya menemukan bibit unggul
JAKARTA. Pengembangan tanaman jarak pagar sebagai bahan bakar nabati alias biodiesel jalan ditempat. Hingga saat ini pengembangan jarak pagar belum bisa mencapai nilai keekonomian. Artinya, biaya produksi masih lebih besar dari produktivitas yang dihasilkan tanaman ini.Direktur Tanaman Tahunan Kementerian Pertanian Rismansyah Danasaputra mengakui proses pengembangan budidaya jarak pagar memang sedikit tersendat. “Sebab, sampai saat ini kita masih kesulitan menemukan bibit unggul," jelasnya kepada KONTAN Kamis (24/2).Tim riset Kementerian Pertanian masih terus berupaya untuk melakukan penelitian dan ujicoba demi menemukan bibit unggul yang memiliki tingkat produktivitas tinggi. “Jika ini dilakukan petani akan semakin tertarik untuk mengembangkan tanaman jarak pagar," ujarnya.Asal tahu saja, produktivitas jarak pagar per hektare masih sangat rendah dibandingkan produktivitas sawit. Karena, produksinya di bawah 10 ton per hektare. Tingkat rendemen atau kadar minyak yang terkandung di dalam jarak juga sangat rendah yakni hanya sekitar 25%. Artinya, jika nantinya produksi jarak bisa mencapai 10 ton per hektare, volume minyak yang dihasilkan hanya sebesar 2,5 ton per hektare. "Untuk bisa mencapai tingkat keekonomian, dibutuhkan rendemen setidaknya 40%," jelas Rismansyah.Pengembangan jarak pagar sudah dimulai beberapa waktu lalu oleh para petani di Kabupaten Muko Muko, Bengkulu. Luas lahan mereka sudah mencapai 140 hektare. Untuk tahun ini, Kementan mematok penambahan luas areal tanam jarak pagar menjadi 12.000 hektare. Tahun 2010 lalu, luas areal lahan jarak pagar seluas 10.000 hektare. "Penambahan lahan per tahun ditargetkan rata-rata 2.000 - 3.000 hektare per tahun," jelas Rismansyah.Sedangkan target produksi jarak tahun ini sebanyak 20.000 ton. Jumlah ini meningkat ketimbang target tahun lalu yang sebesar 15.000 ton. Rismansyah optimistis pengembangan jarak pagar ke depan makin bagus. Sebab, sudah ada pihak swasta yang tertarik untuk ikut serta dalam bisnis jarak pagar ini yaitu Medco. Namun, beberapa waktu lalu, Sofyan Panigoro, Chief Executive Director PT Metra Duta Lestari, anak usaha Medco Group mengatakan bahwa pihaknya belum terlalu tertarik masuk ke bisnis jarak. “Pengembangan bisnis jarak masih terganjal beberapa kendala, salah satunya kesulitan dalam proses panen,” kata Sofyan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News