KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para penangkar dan petani tebu optimistis pengembangan kebun benih datar (KBD) bisa membantu mensukseskan target swasembada gula yang dicanangkan pemerintah meskipun terdapat sejumlah catatan yang harus menjadi perhatian seluruh pemangku kepentingan. Optimisme ini dilatarbelakangi upaya keras pemerintah dalam melakukan seleksi dan pengujian kualitas benih yang benar-benar ketat. Ketua Perkumpulan Penangkar Benih Tanaman Perkebunan Indonesia (PPBPTI) Jawa Tengah (Jateng) Yogi Dwi Sungkowo mengungkapkan, pihaknya benar-benar selektif, dipilih yang secara kualitas memang bagus sehingga kegiatan pembangunan KBD ini pastinya lebih bagus dan Insya Allah sukses. Hal senada diungkapkan, Ketua Kelompok Tani Subur Makmur. Desa Sumberejo, Kabupaten Pati, Jateng, Kamari melalui program KBD ini, para petani tebu bisa memperoleh benih bersertifikat dan bermutu untuk pengembangan kebun tebu giling (KTG) secara cuma- pada tahun depan.
Dengan adanya bantuan benih tersebut, pihaknya mengharapkan tak hanya produksi tebu yang merupakan bahan baku utama produksi gula, tetapi juga rendemennya, bisa meningkat. Baca Juga: Melihat strategi Polbangtan Yoma dalam memperkuat SDM pertanian “Kendati demikian, terdapat sejumlah catatan dari para penangkar dan pelaku industri pabrik gula terkait implementasi program pengembangan kebun benih datar pada 2020,” jelas Kamari dalam keterangannya, Senin (28/12). Kamari pun mengakui program pembangunan KBD dapat mengunggah semangat petani menanam bibit bersertifikat, dan bukan asalan. Pasalnya tahun 2021 mendatang petani akan memperoleh benih bermutu secara cuma-cuma untuk pengembangan kebun tebu giling (KTG). Petani percaya bahwa bibit yang baik mendapatkan hasil yang baik. Tahun depan mereka sangat bersemangat membangun kebun tebu benih bersertifikat tersebut dan dipastikan hasil kebun akan meningkat. Sementara itu, Sekretaris PPBPTI Jawa Timur (Jatim), Bambang Setiyawan yang juga perwakilan produsen benih CV Lang Buana dari Jawa Timur mencatat bahwa data calon petani calon lokasi (CPCL) penerima bantuan benih masih berubah-ubah. Jika terus berlanjut, dikhawatirkan hal ini berpotensi menghalangi upaya menuju swasembada gula.