Pengembangan mobil listrik terkendala harga yang mahal dan minimnya infrastruktur



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memacu pengembangan kendaraan listrik di Tanah Air untuk mencapai target. Yakni, pada tahun 2025 sebanyak 20% produksi otomotif di Indonesia adalah kendaraan listrik, seperti hybrid, plug in hybrid, dan mobil EV berbasis baterai.

“Saat ini, kami telah merampungkan regulasi terkait peta jalan kendaraan listrik berbasis baterai listrik yang merupakan turunan Perpres 55/2019,” ujar Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi,dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier dalam  keterangan resmi (9/11).

Menurut Taufiek, pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai sejalan dengan animo investasi baterai listrik dan kendaraan listrik di Indonesia. Hal ini mengingat bahan baku nikel, cobalt dan mangan cukup melimpah di tanah air sehingga bisa menjadi tulang punggung dalam upaya pengembangan kendaraan listrik.


Meskipun pemerintah sudah menyusun targetnya, nyatanya permintaan  kendaraan listrik masih mengalami sejumlah tantangan.

Jongkie Sugiarto, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengatakan, penggunaan kendaraan listrik di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan seperti harganya yang mahal serta keberadaan infrastruktur seperti pengisian baterai (SPKLU).

"Namun setahu saya, pemerintah Indonesia sudah mulai membangun SPKLU dan sudah punya rencana kerja di tahun mendatang. Maka dari itu, persiapan yang sedang dijalankan diharapkan sesuai dengan rencana," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (18/11).

Baca Juga: Perusahaan asing ramai-ramai jajaki pengembangan baterai mobil listrik di Indonesia

Mengenai harga, sebelumnya Jongkie mengatakan kepada Kontan.co.id bahwa saat ini masyarakat Indonesia dominan membeli mobil yang harganya di kisaran di bawah Rp 250 juta, sementara mobil listrik yang paling murah itu Rp 600 juta.

Pengamat otomotif Bebin Djuana mengatakan, untuk saat ini memang kendaraan listrik belum menarik. Selain harganya yang mahal sehingga hanya kelompok tertentu saja yang mampu beli, prasarana di Indonesia juga belum siap. Namun, Bebin menyebut, potensi kendaraan listrik bakal besar ke depannya.

"Mengenai kesiapan infrastruktur, sekarang ini PLN sedang dihadapkan pada dilema ayam dulu atau telur dulu? PLN sebenarnya sudah siap, namun jika sekarang proaktif mempersiapkan infrastruktur jelas akan mubazir, karena pemilik mobilnya belum banyak," kata Bebin.

Meskipun saat ini kendala membeli kendaraan listrik adalah harganya yang tinggi, jika nanti mobil listrik sudah diproduksi di dalam negeri, apalagi Indonesia bakal menjadi produsen baterai (termasuk komponen termahal saat ini), tentu harga bisa ditekan.

Selain harganya yang akan lebih murah, pertimbangan lainnya yang bisa membuat masyarakat berpaling membeli kendaraan listrik adalah biaya per kilometer bisa lebih rendah, bahkan bisa ditekan hingga 70% dibanding menggunakan mesin berbahan bakar minyak. Belum lagi dibebaskan dari service rutin.

Menurutnya, dengan sejumlah pertimbangan ini mungkin saja konsumen bisa berpaling ke mobil listrik.

Selanjutnya: Pengembangan kendaraan listrik harus sejalan dengan ketersediaan listrik berbasis EBT

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat