Pengendalian BBM tidak akan efektif



JAKARTA. Wacana Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik untuk melarang penjualan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di hari libur tidak akan efektif menekan konsumsi BBM. Wacana ini bahkan pernah berjalan pada 2012, namun kemudian dibatalkan lagi oleh pemerintah.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina, Ali Mundakir, mengatakan, banyak efek yang akan terjadi jika kemudian pemerintah benar-benar memberlakukan wacana tersebut. Contohnya adalah akan maraknya penjual eceran BBM subsidi di hari Sabtu dan Minggu. "Kami hanya menyampaikan kepada pemerintah, kemungkinan yang bisa terjadi di lapangan," katanya di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (22/5).

Menurut Ali, Pertamina sebagai salah satu badan usaha yang menyalurkan BBM subsidi tidak memiliki posisi untuk setuju atau tidak atas rencana itu. Yang pasti, pada 2012 sempat diberlakukan program sehari tanpa BBM bersubsidi. Namun program itu dibatalkan kembali oleh ESDM karena ternyata tidak efektif.


Kebijakan ini tidak hanya membuat marak pedagang BBM eceran, pelarangan penjualan BBM subsidi oleh SPBN di hari libur, Sabtu–Minggu dan tanggal merah, akan berefek pada ekonomi, terutama di sektor informal. Sebab, di hari libur kegiatan ekonomi sektor informal tidak libur. "Jangan samakan dengan kegiatan kantoran yang Sabtu- Minggu libur. Ini berpotensi mengganggu," kata Ali.

Selain sektor informal, kegiatan ekonomi di sektor lain juga masih beroperasi dan membutuhkan BBM bersubsidi. Pemerintah harus memikirkan pula kemungkinan efek sosial lain, yaitu efek penumpukan dan antrean pembelian BBM subsidi satu hari menjelang hari libur. "Kebijakan tersebut akan menimbulkan kecurangan-kecurangan di lapangan," katanya.

Menurut Direktur Jenderal  Minyak dan Gas (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)  Edy Hermantoro, rencana yang disampaikan oleh Jero Wacik ini masih berupa wacana yang masih akan terus dikaji. "Jadi, nanti kalau libur belinya yang BBM non-subsidi," kata Edy.

Rencana ini dilakukan pemerintah untuk mencukupi  kebutuhan BBM subsidi yang terus membengkak tiap tahunnya. Pada tahun ini kuota BBM subsidi dalam APBN 2014 sebesar 48 juta kiloliter, naik dari tahun lalu yang sebanyak 46,01 kiloliter.

Apalagi dengan pertumbuhan kepemilikan kendaraan baik roda empat maupun roda dua di Indonesia yang terus melonjak, membuat anggaran subsidi terus naik tiap tahunnya. "Kami tahu kalau mobil dan sepeda motor banyak  menggunakan BBM subsidi dan jarang sekali yang memakai BBM non-subsidi, " kata Edy Hermantoro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can