JAKARTA. Tekanan inflasi tahun ini diperkirakan lebih berat. Sejumlah tantangan eksternal dan domestik akan membuat realisasi inflasi tahun ini akan lebih besar dari target dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2017 sebesar 4%. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyatakan, tantangan eksternal terutama terkait kenaikan harga komoditas global terutama harga minyak mentah. Kenaikan harga minyak mentah akan berdampak langsung kepada komoditas lainnya. Sementara dari domestik, tekanan inflasi berasal dari harga yang diatur pemerintah (administered prices), terkait kebijakan subsidi energi berupa penyesuaian tarif pelanggan listrik daya 900 VA. Selain itu juga penyesuaian harga jual BBM juga akan menyebabkan dampak lanjutan ke kenaikan harga pangan.
Untuk mengejar target inflasi di kisaran 4% plus minus 1%, menurut Agus, BI dan pemerintah pusat dan daerah, sepakat menekan laju inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) di kisaran 4%-5%. Tahun 2016, inflasi akibat gejolak harga pangan tercatat cukup tinggi, yakni 5,92%. Sementara inflasi dari harga yang diatur pemerintah berada di level rendah 0,21%. Untuk menjaga inflasi akibat gejolak pangan di angka 4%-5%, tujuh langkah akan dilakukan. Pertama, penguatan infrastruktur logistik pangan di daerah, khususnya pergudangan untuk penyimpanan komoditas. Kedua, membangun sistem data lalu lintas barang, khususnya komoditas pangan. Ketiga, penggunaan instrumen dan insentif fiskal untuk mendorong peran daerah dalam stabilisasi harga.