JAKARTA. Produksi minyak dan gas (migas) Indonesia masih belum beranjak naik dari tahun ke tahun. Salah satu penyebab adalah proyek migas anyar masih belum bisa berkontribusi, lantaran masih ada persoalan. Seperti terkait harga dan infrastruktur migas itu sendiri. Berdasarkan data yang diperoleh KONTAN, sejatinya Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat terdapat 14 proyek migas yang sudah ditargetkan mengalirkan gas atau onstream hingga tahun 2025. Khusus tahun ini, ada tiga proyek yang seharusnya sudah bisa memasok gas. Pertama, proyek migas Matindo yang bisa memproduksi gas sebanyak 65 juta standar kaki kubik per hari atau mmscfd pada kuartal II tahun ini juga.
Kedua, proyek Jangkrik yang bisa berproduksi mulai kuartal III-2017. Produksi minyak di Jangkrik bisa mencapai 200 barel per hari dan sekitar 450 juta standar kaki kubik gas per hari atau mmscfd. Yang ketiga yakni proyek migas Madura BD yang tengah dalam proses konstruksi. SKK Migas menargetkan proyek Blok Madura BD sudah bisa berproduksi pada kuartal II tahun ini. Maklum, blok migas ini memiliki nilai produksi migas yang signifikan untuk ukuran Indonesia. Yaitu mencapai 6.000 barel minyak per hari dan 110 juta standar kaki kubik gas per hari. Namun proses produksi blok Madura terancam terganggu bila para pembeli masih belum siap menerima gas dari blok tersebut. Artinya ada persoalan di hilir proyek. Diduga karena sarana dan prasarana penerimaan gas ke pembeli masih belum siap. Operator blok ini yakni Husky CNOOC Madura Limited telah meneken perjanjian jual beli gas 145 juta standar kaki kubik per hari (mmsfcd) dengan tiga perusahaan, yakni PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), PT Inti Alasindo Energy dan PT Petrokimia Gresik pada tahun lalu. Ketika KONTAN mengkonfirmasi persoalan tersebut ke Sekretaris Perusahaan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Hery Yusup, ia tidak merespons pertanyaan KONTAN. Begitu pula dengan Muliawan, Deputi Operasi SKK Migas, tidak merespons panggilan dan pesan singkat yang KONTAN layangkan. Berdasarkan data tadi, masih ada lagi proyek yang bermasalah. Misalnya proyek Wasambo. Di proyek ini , persoalannya adalah harga gas yang masih belum ada titik temu dengan pembeli gas ini yakni PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Padahal, proyek migas Blok Wasambo sampai saat ini masih dalam tahap konstruksi dan sejatinya sudah bisa berproduksi pada tahun ini juga. Namun proses produksi blok tersebut bakal molor hingga kuartal II-2018. Menurut Kepala Satuan Gas dan BBM PLN Chairani Rachmatullah, harga gas Wasambo sudah pernah disepakati. Namun, pemerintah menerbitkan Permen ESDM No.11/2017 tentang Pemanfaatan Gas Bumi untuk Pembangkit Listrik. "Dengan keluarnya Permen ESDM No.11/2017, PLN meminta pihak penjual mendiskusikan kembali untuk bisa disesuaikan," katanya ke KONTAN, Senin (24/4). Ia berharap, permintaan PLN tersebut bisa disepakati.Sayang, ia tidak merinci besaran harga gas yang diminta. "Mudah-mudahan segera sepakat lagi. Permintaan PLN seperti itu," tegasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini