Pengetatan Impor Tak Bikin Penjulan Mito Loyo



JAKARTA. Saat industri telepon genggam terseok penjualannya lantaran krisis, ponsel asal China rakitan Indonesia, Mito, malah berjaya. Rahasianya, ponsel anyar ini tidak mau berperang di segmen ponsel teve. Dus, menyasar konsumen sampai pelosok Indonesia Timur. JAKARTA. Usulan pengetatan impor produk telepon genggam seperti yang diserukan pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 44 tahun 2008 membuat sejumlah pabrikan telepon genggam atau telepon seluler (ponsel) asal China bergeming. Bagaimana tidak, pengetatan impor tersebut diusulkan berbarengan dengan akan dimulainya puncak krisis global tahun 2009 mendatang. Tak heran jika dalam pameran ponsel China di Roxy beberapa waktu lalu, beberapa produsen ponsel China dengan merek lokal mulai kesulitan mendapatkan pasokan baru sebagai inovasi produknya. Namun tidak begitu dengan Mito. Ponsel merek lokal besutan China yang baru dua tahun berdiri ini malah berjaya. Penjualannya pun tumbuh 250% dari tahun lalu. Bahkan untuk tahun ini, Mito berani menargetkan bakalan meraup pangsa pasar sebesar 2,5% dari total pasar ponsel yang sebesar 80 juta unit per tahun. Padahal, kuartal keempat tahun lalu, pangsa pasar Mito baru sebesar 1,5% dari total pasar ponsel nasional. Bahkan, penjualan Mito di beberapa tempat telah menyaingi pemimpin pasar ponsel China, yaitu Startech. Apa resepnya? Direktur Utama Mito Mobile, Hansen, bilang bahwa kunci sukses penjualan ponselnya adalah pada inovasi produk yang diluncurkannya. Pasalnya, Mito merasa tidak sanggup lagi bermain di pasar ponsel teve yang telah penuh sesak. "Keuntungan bermain di pasar ponsel tivi memang besar. Tetapi saat krisis, jualan ponsel teve jadi tidak tepat. Oleh karena itu kita jualan ponsel baru dengan fitur yang belum pernah ada di ponsel manapun sebagai daya tarik," ujar Hansen. Misalkan saja, Mito baru saja mengeluarkan seri-seri low end-nya seperti Mito 108, Mito 120 dan Mito 138 yang mana daya tahan baterainya sampai 10 hari. Serta, bisa memainkan MP3 selama 24 jam nonstop. Produk-produk low end tersebut dibendel mulai harga Rp 300 ribu sampai di bawah harga Rp 1 jutaan. Paket yang sangat menarik bagi konsumen berkantong pas-pasan. Yang paling anyar, Mito baru saja merilis ponsel dengan alat bantu dengar pertama di Indonesia, Mito 228 Micro Vibration Phone. Ponsel ini dipastikan dapat memberikan solusi berkomunikasi lantaran dapat didengarkan hanya dengan menempelkannya di dagu, kening, pipi atau media padat lainnya seperti kayu dan kaca tanpa perlu menempelkannya di telinga. Sehingga, bagi yang bekerja di tempat yang bising atau bagi para manula yang telah kurang pendengarannya tetap mampu berkomunikasi. Ponsel dengan teknologi Nerve Conduction seharga Rp 2 jutaan ini digadang terjual sebesar 20 ribu unit sampai bulan Februari 2009 mendatang. Lantas, tahun depan Mito bakalan meluncurkan PDA Phone Dual GSM pertama di Indonesia. PDA Mito tersebut bahkan sudah dilengkapi dengan Windows Mobile 6.0. Produk tersebut bakal meluncur awal Januari mendatang. "Saban bulan kami akan konsisten mengeluarkan enam produk low end serta satu produk high end. Saya yakin, dengan adanya krisis, maka pengguna ponsel bakalan memilih ponsel berkualitas dengan harga terjangkau seperti Mito," tukas Hansen. Strategi berikutnya, Mito ternyata jeli menyusuri pasar di pinggiran Timur Indonesia. Seperti di kota-kota Makassar, Gorontalo, Balikpapan, Samarinda dan di pulau Papua, penjualan Mito melangkahi penjualan Startech. Merasa makin banyak pembeli, Mito pun lantas membenahi pusat servisnya. Dari 18 pusat servis yang ada, pihak Mito bakalan menambah sampai 35 pusat servis di seluruh Indonesia pada tahun 2009 nanti. "Penambahan pusat servis itu mutlak diperlukan dalam rangka menunjukkan eksistensi dan komitmen kami terhadap konsumen Mito di seluruh Indonesia," lanjut Hansen yang juga rajin memasarkan produknya secara road show ke daerah-daerah di pelosok Indonesia Timur ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: