Pengetatan moneter berhasil perlambat pertumbuhan ekonomi China di kuartal II



SINGAPURA. Pertumbuhan industri dan ekonomi China meningkat lebih dari perkiraan analis. Hal ini mengindikasikan bahwa negara ini tetap menjaga momentum, walaupun telah menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi.Badan Pusat Statistik China mengumumkan hari ini bahwa Gross Domestic Bruto (GDP) China pada kuartal kedua 2011 meningkat 9,5% di banding periode yang sama di 2010. Namun, jika di banding tiga bulan sebelumnya, GDP China melambat. Pada kuartal pertama 2011 GDP China sebesar 9,7%. Padahal para analis dalam survei Bloomberg memprediksi GDP China berada di level 9,3%. Sementara itu, produksi industri tetap meningkat menjadi 15,1% pada bulan lalu, dan menjadi yang tertinggi sejak Mei 2010. Dan penjualan ritel juga meningkat menjadi 17,7%. Bursa saham China pun menguat, menandakan iklim investasi di China cukup diminati setelah Bank Sentral menaikkan suku bunga untuk kelima kalinya sejak pertengahan Oktober 2010. Pada pukul 11:01 waktu setempat, bursa saham The Shanghai Composite Index menguat 0,8% ke level 2.775,62."Menstabilkan harga tetap menjadi prioritas kami, setelah harga pangan melonjak lebih dari 14% di Juni kemarin," ujar Perdana Menteri China Wen Jiabao, kemarin (12/7).Senior Strategis Credit Agricole CIB Hong Kong Dariusz Kowalczky berpendapat, China yang bisa tetap fokus pada pengendalian inflasi, sehingga mampu memberikan pertumbuhan yang cukup kuat.

"Data perekonomian itu bakal mendorong para pembuat kebijakan di China untuk tetap menjaga kebijakan pengetatan ekonomi di China," ujar Kowalczky.


Editor: Rizki Caturini