JAKARTA. Komunitas Bitcoin dunia mendapat kabar mengejutkan. Mt Gox, salah satu exchanger yang menguasai 20% transaksi Bitcoin dunia, menutup situs resminya. Sebanyak US$ 390 juta uang investor dan trader tersangkut di bursa asal Jepang itu. Chief Executive Officer (CEO) Mt Gox mengajukan pengunduran diri, pekan lalu. Merespons kasus Mt Gox, CEO Bitcoin Indonesia, Oscar Darmawan, menilai sejak kasus itu muncul, harga jual Bitcoin di beberapa negara anjlok. "Itu seperti panic attack," kata Oscar, Rabu (26/2)
Menurutnya, kasus Mt Gox bukan akhir eksistensi Bitcoin. Kasus itu justru positif bagi industri Bitcoin dunia. Mt Gox bukan pertama kali terseret kasus seperti ini. "Sebagian pengguna Bitcoin tahu ada yang bermasalah di Mt. Gox. Ini jadi hal positif bagi industri Bitcoin," ujar dia. Setelah kasus ini, para exchanger terbesar di dunia telah mengeluarkan pernyataan bersama. Isinya, pergerakan harga Bitcoin dunia tergantung evolusi teknologi. Ini sekaligus menegaskan kasus Mt Gox tidak mencerminkan ketahanan dan nilai industri Bitcoin. Dus, masih banyak exchanger yang siap membangun industri Bitcoin sebagai uang masa depan yang aman dan mudah dipakai. Di sisi lain, tak banyak pengguna Bitcoin bertransaksi di Mt Gox. "Tapi ada yang menjadi korban Mt Gox. Dia kehilangan Rp 30 juta," tutur Oscar. Selama ini pengguna Bitcoin Indonesia masih bertransaksi secara lokal, atau setidaknya ke exchanger di Rusia. Nilai Bitcoin melorot sejak Mt Gox ditutup. Berdasarkan CoinDesk Bitcoin Price Index, nilai mata uang digital ini sempat merosot sampai 13% sebelum pulih lagi ke US$ 524,91, atau menurun 3%.