KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pefindo Biro Kredit atau IdScore mencatat total pinjaman kredit Buy Now Pay Later BNPL per April 2023 naik sebanyak 8,01% secara bulanan atau sebanyak 61,3% secara tahunan menjadi Rp 26,14 triliun. Direktur Utama PT Pefindo Biro Kredit atau IdScore Yohanes Arts Abimanyu mengatakan bahwa tingginya tren NPL tampaknya akan tetap berlanjut sepanjang tahun 2023 dan masih akan di atas 9%. Pengguna dengan rentang usia 20 sampai 30 tahun memiliki persentase sebanyak 50,11% dari sebaran pengguna di wilayah Indonesia.
“Apalagi usia muda biasanya tingkat konsumsinya tinggi juga,” ujar Yohanes pada Kontan, dikutip Jumat (4/8).
Baca Juga: Cek Ciri-Ciri Pinjol Ilegal, Waspada Terjerat Terkait hal ini, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi mengatakan bahwa produk BNPL saat ini memang sudah menjadi
concern di dunia. Kemudian memang sudah seharusnya dilakukan pendampingan kepada generasi muda. “Supaya mereka bisa menggunakan produk-produk baru tersebut dengan bijak dan tidak akan menyusahkan mereka di masa yang akan datang,” ujar Friderica dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK pada Kamis (3/8). Wanita yang akrab disapa Kiki ini juga menyampaikan bahwa OJK juga telah melakukan survei yang dilakukan oleh pihak independen. Berdasarkan survei tersebut, literasi keuangan pada usia muda atau usia 20 sampai 30 tahun menunjukkan terus meningkat dari tahun ke tahun. “Kalau kita lihat inklusinya sudah berada di kisaran sekitar 86%, tapi tidak diikuti secara cepat dengan tingkat literasinya,” ungkap Friderica. Karena itu, OJK terus meyakini upaya edukasi terus menerus agar kelompok generasi muda tersebut. OJK juga melakukan program literasi keuangan kepada sektor usia muda produktif, khususnya melalui
channel media sosial di berbagai kanal yang dimiliki oleh OJK.
Baca Juga: Mungkinkah Menyamakan Level Playing Field Multifinance dan Fintech? Friderica menambahkan bahwa selain meliterasi dan menginklusi, di atas kedua itu masih terdapat level di mana OJK perlu mengajak generasi muda memanfaatkan produk dari jasa keuangan ini untuk lebih produktif, misalnya mengajak mereka melakukan usaha. “Jadi kita ngajarin anak-anak muda ini tak cuma
well literated, ga cuma inklusinya saja tapi bagaimana kita kemudian meningkatkan kesejahteraan mereka menggunakan produk dan layanan jasa keuangan ini,” pungkas Friderica. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi