Penggunaan QRIS Perlu Sosialisasi dan Edukasi di Kalangan Pengusaha Kelontong



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Kelontong Seluruh Indonesia (Perpeksi) Wahid mendorong, penggunaan transaksi digital QRIS di kalangan pedagang kelontong.

Namun, ia menilai diperlukan sosialisasi yang lebih masif, terutama di kalangan masyarakat bawah.

Menurut Wahid, QRIS mempermudah transaksi bagi pengusaha kelontong sehingga diharapkan penggunaannya semakin meluas.


“Dengan QRIS, tak perlu lagi mencari uang kembalian. Nominal pembayaran akan sesuai dengan jumlah pembelian,” kata Wahid dalam keterangannya Jumat (13/9).

Baca Juga: Organda dan Pengusaha Digital Dorong Jakarta Gunakan QRIS untuk Transportasi Publik

Meski demikian, Wahid mengakui masih banyak pelaku usaha kelontong yang belum memahami cara menggunakan QRIS. "Banyak pemilik toko kecil dan UMKM yang belum familiar dengan penggunaannya. Ini PR besar bagi pemerintah," jelas Wahid.

Ia mencontohkan salah satu anggotanya yang sempat salah mengunduh aplikasi QRIS sehingga tidak dapat digunakan.

"Dari kejadian itu, jelas masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami cara mendapatkan dan menggunakan QRIS," tambahnya.

Saat ini, menurut data yang dimiliki Wahid, penggunaan QRIS di kalangan anggota Perpeksi belum mencapai 10%. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya edukasi dan sosialisasi yang lebih gencar.

"Perpeksi siap mendukung upaya yang bertujuan memudahkan transaksi dan mengurangi penggunaan uang tunai," ujar Wahid.

Baca Juga: Inovasi QRIS dan Pembayaran Masa Depan

Sementara itu, Direktur Utama PT Trans Digital Cemerlang (TDC), Indra, menekankan pentingnya pendidikan dan sosialisasi terkait transaksi digital, termasuk QRIS, bagi seluruh pihak.

"Bank Indonesia tidak bisa berjalan sendiri. Semua stakeholder, termasuk perusahaan yang bergerak di bidang transaksi digital, harus turut serta dalam sosialisasi ini," kata Indra.

Perusahaannya, TDC, telah melakukan beberapa inovasi, seperti aplikasi Posku Lite, yang menawarkan insentif berupa literasi keuangan, seminar, dan workshop pemasaran digital bagi komunitas UMKM.

Salah satu program tersebut bermitra dengan komunitas Tamado Group di Sumatra, serta berpartisipasi dalam kegiatan Jateng Fair dan IKAPPI FEST di Bali.

Baca Juga: Belanja Masyarakat Diproyeksikan Meningkat pada Kuartal III 2024

Indra menegaskan pentingnya pendampingan keuangan bagi UMKM, terutama dalam penyusunan laporan keuangan yang berkualitas. “Laporan keuangan adalah alat utama untuk memantau kinerja dan arus kas usaha. Selain itu, laporan ini membantu pemilik usaha dalam membuat keputusan strategis dan menarik investor,” jelasnya.

Indra juga berharap perusahaan yang memberikan pendampingan keuangan dan konsultasi digital sudah memenuhi standar internasional, seperti ISO 9001:2015 (Manajemen Mutu), ISO 37001:2016 (Sistem Manajemen Anti Penyuapan), dan ISO 27001:2022 (Sistem Keamanan Informasi).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto