KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Penghimpunan dana lewat aksi penawaran saham perdana atau
initial public offering (IPO) di bursa saham Amerika Serikat (AS) sepanjang tahun 2022 menukik tajam. Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, ada sebanyak 214 perusahaan yang telah menetapkan harga IPO dan berhasil menghimpun dana US$ 21,8 miliar. Dana tersebut tidak termasuk saham sekunder yang dijual investor dalam IPO tersebut. Sementara sepanjang 2021 terdapat 1.091 aksi IPO dengan penghimpunan dana mencapai US$ 335 miliar. "Dari sisi pembeli, mereka kekurangan aksi penawaran saham baru untuk mengalokasikan dollar secara umum karena pasar IPO dan penawaran saham lanjutan sangat sulit," kata Zach Dombrowski, Kepala Konsumer ECM di William Blair, seperti dikutip Bloomberg, Senin (2/1).
Baca Juga: Bursa Saham Global Melempem Sepanjang 2022, Ini Penyebabnya Volatilitas pasar saham telah membuat aksi IPO raksasa nihil tahun 2022. Sedangkan tahun sebelumnya ada ada beberapa mega IPO, salah satunya dilakukan oleh Rivian Automotive Inc. Lesunya pasar IPO tahun ini disebabkan oleh tingkat pengembalian investasi yang rendah, tingginya inflasi, faktor perang, dan pandemi. Sebagian besar aksi IPO tahun 2022 ditopang oleh perusahaan cek kosong atau
Special Purpose Acquisition Company (SPAC) kecil, perusahaan bioteknologi yang masih dalam fase penelitian, dan
startup farmasi. Mengingat skala perusahaan yang IPO kecil maka rata-rata nilainya hanya sepertiga dari rata-rata nilai IPO tahun sebelumnya yang mencapai US$ 309 juta. Penawaran lanjutan saham utama oleh perusahaan yang meningkatkan modal juga menurun secara keseluruhan namun penurunannya tidak terlalu drastis. Total penawaran saham lanjutan tahun 2022 mencapai US$ 48 miliar. Sedangkan di tahun sebelumnya mencapai US$ 143 miliar. Capaian tersebut merupakan yang terendah sejak tahun 1995 yang mencapai US$ 35 miliar. Adapun perusahaan yang melakukan penerbitan saham lanjutan itu hanya memanfaatkan kondisi peningkatan pasar saham sesaat. Ukuran rata-rata penawaran saham lanjutan juga turun menjadi US$ 106 juta, dari rata-rata US$ 156 juta pada 2021. Ini mencerminkan bahwa perusahaan publik yang lebih kecil membutuhkan uang tunai di tahun yang sulit karena biasanya mereka memang sulit mengakses modal dari perusahaan swasta. Sebagian besar penghimpuan dana IPO dilakukan pada kuartal I 2022 dan sepi menjelang 2023. Sebaliknya, penawaran lanjutan terbilang stabil namun terbesar dicatatkan pada kuartal IV. Sepinya IPO tahun lalu menjadi tanda buruk untuk penawaran lanjutan. Pasalnua, perusahaan publik baru sering kali termasuk di antara mereka yang memanfaatkan pasar ekuitas untuk modal tambahan. Misalnya, penawaran pengecer mobil Carvana Co senilai US$ 1,25 miliar pada bulan April lalu merupakan adalah yang terbesar ketiga di tahun 2021. Aksi itu merupakan tindak lanjut kelima perusahaan sejak
go public pada 2017.
Baca Juga: Kisah Inspiratif McDonald's, Resto Biasa yang Menjelma jadi Franchise Terkenal Steve Maletzky, Kepala Pasar Modal Ekuitas di William Blair & Co memperkirakan pasar IPO tidak akan
rebound sampai ketu The Fed memberikan kepastian tentang jalur bank sentral dalam menaikkan suku bunga. "Kita perlu melihat beberapa peninggian atau stabilisasi suku bunga, khususnya kebijakan Fed seputar suku bunga.Begitu investor memiliki kejelasan lebih lanjut tentang lintasan kurva imbal hasil, volatilitas pasar akan mereda dan lingkungan penetapan harga kesepakatan yang lebih bersahabat akan kembali." ujarnya. Namun, kejelasan dan penangguhan hukuman dari kenaikan suku bunga tampaknya tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Penawaran saham tahun depan diperkirakan akan dimulai dengan perusahaan yang secara fundamental lebih sehat dan dipandang agak terisolasi dari dampak potensi resesi.
Editor: Handoyo .