Pengrajin perak Celuk diminta manfaatkan KITE



KONTAN.CO.ID - GIANYAR. Kerajinan perak Desa Celuk, Kabupaten Gianyar, Bali diharapkan dapat kembali berjaya. Penyelenggaraan Celuk Jewellery Festival 2017, Jumat (13/10) bisa menjadi momentum mengangkat geliat Desa Celuk sebagai pusat kerajinan perak di Bali.

Hal itu disampaikan Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga pada pembukaan Celuk Jewellery Festival 2017, Jumat (13/10) di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar, Bali. Celuk Jewellery Festival 2017 merupakan penyelenggaraan tahun kedua setelah tahun lalu mendapat sambutan dari masyarakat. Festival ini diikuti oleh lebih banyak pengrajin perak dengan kualitas yang semakin meningkat.

“Harapan saya masyarakat Celuk bisa menangkap geliat ini dan saya melihat anak-anak muda memotori festival ini. Hal seperti ini memang harus dilakukan,” kata Puspayoga dalam keterangan tertulis yang KONTAN terima Sabtu (14/10).


Dia mengatakan pemerintah hanya bisa memberi dukungan regulasi seperti halnya program Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Program yang diluncurkan Januari 2017 oleh Presiden Joko Widodo telah memfasilitasi 37 UKM. Dari 37 UKM yang mendapat fasilitas KITE, sebanyak 13 pelaku usaha berasal dari Bali dan tiga adalah pengrajin perak dari Celuk.

Program KITE merupakan program pemerintah untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan. Program ini memberikan kemudahan impor sehingga menurunkan biaya produksi, yang pada akhirnya berdampak pada meningkatnya volume produksi dan daya saing

Puspayoga menegaskan program KITE harus bisa dimanfaatkan oleh pengrajin Celuk sebab bahan baku perak masih impor. Dia juga mendorong agar koperasi berperan sebagai importir agar tidak semua pengrajin bertindak sebagai importir dan ini akan menurunkan biaya.

“Jadi kalau ada satu yang mengelola mungkin koperasi dan anggota koperasi membeli impor bisa cepat dilakukan karena skemanya sudah disiapkan oleh pemerintah melalui KITE,” kata Puspayoga.

Dia juga menekankan Celuk bisa menarik wisawatan jika dikelola dengan bagus. Ini tentu tergantung pada marketing. Namun, dia menilai Celuk merupakan desa pengrajin perak yang sudah berusia lebih 100 tahun sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan karena sudah punya nama.

Bahkan, jika sekarang dikenal dengan istilah OVOP (One Village One Product), maka Celuk sudah mengenal OVOP sejak 100 tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto