JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) tertekan penguatan mata uang ringgit. Harga yang sudah cukup tinggi membatasi potensi kenaikan lebih lanjut. Meski demikian, tren CPO di awal tahun masih positif. Mengutip
Bloomberg, Kamis (12/1), harga CPO kontrak pengiriman Maret 2017 di Malaysia Derivative Exchange tergerus 0,54% dibanding sehari sebelumnya ke RM 3.116 per metrik ton. Tapi dalam sepekan terakhir, harga CPO masih menguat 0,64%. Research and Analyst Monex Investindo Futures Yulia Safrina memaparkan, pelemahan harga CPO dipicu menguatnya nilai tukar ringgit Malaysia. Pidato Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat dollar AS terkoreksi dan mengangkat ringgit.
"Tetapi dalam sepekan terakhir, CPO menguat karena efek kenaikan harga minyak dunia," ujarnya. Fundamental CPO sendiri saat ini kurang mendukung. Malaysia Palm Oil Board (MPOB) melaporkan stok CPO Malaysia naik 0,2% menjadi 1,67 juta metrik ton di Desember. Kenaikan ini sudah terjadi empat bulan beruntun. Angka stok tersebut berada di atas survei
Bloomberg, yakni sebesar 1,62 juta metrik ton. Produksi CPO Malaysia di Desember sebenarnya turun 6,4% menjadi 1,47 juta ton atau terendah sejak Mei 2016. Tapi ekspor di periode sama juga turun 7,5% ke 1,27 juta ton, terlemah sejak Juni 2016. "Jika stok naik, ada potensi harga turun," lanjut Yulia. Memang, BMI Research memperkirakan harga CPO masih naik di kuartal pertama tahun ini lantaran persediaan rendah sebagai imbas badai El Nino tahun lalu. Posisi stok CPO tetap butuh waktu untuk kembali ke level stabil, setidaknya hingga semester pertama tahun ini. Yulia menyatakan, harga CPO memang sudah naik cukup tajam, sehingga pergerakan harga di kuartal pertama akan tersendat. Harga CPO berpotensi naik jika dapat menembus RM 3.200 per metrik ton. Jika tidak, maka tekanan harga bisa berlanjut. Proyeksi Yulia, CPO akan bergerak pada kisaran RM 2.820–RM 3.500 per metrik ton hingga akhir kuartal pertama. Wahyu Tribowo Laksono, analis Central Capital Futures, menuturkan, pelaku pasar kecewa setelah rilis data MPOB. Tetapi data ekspor CPO Malaysia di awal Januari sedikit mengurangi kekecewaan pasar. Data survei kargo Intertek Testing Services menunjukkan ekspor CPO Malaysia periode 1-10 Januari naik 8,1%. Permintaan dari China, Afrika dan Timur Tengah menguat. "Kenaikan ekspor awal tahun terjadi karena permintaan China naik menjelang Imlek," kata Wahyu. Level RM 3.000 per metrik ton sudah terlalu tinggi sehingga mulai rawan koreksi. Dalam jangka menengah, Wahyu memprediksi harga bergerak di RM 2.200–RM 3.500 per metrik ton.
Menurut dia, prospek harga CPO tahun ini lebih baik dibanding tahun lalu, dengan dukungan penguatan dollar AS, sehingga akan menekan ringgit. Permintaan CPO global juga kemungkinan menguat seiring dengan membaiknya perekonomian. Tetapi di sisi lain, kelebihan pasokan mulai mengancam. Wahyu melihat level RM 3.000–RM 3.500 akan sulit dicapai. Dari sisi teknikal, Yulia bilang harga di bawah moving average (MA) 50 tetapi di atas MA100 dan MA200. MACD berada di area positif 2. Stochastic bergerak flat di level 71. RSI mendatar di level 51. Jumat (13/1), Yulia memperkirakan harga CPO menguat dan bergerak di kisaran RM 3.020–RM 3.175. Sepekan ke depan, harga bergerak di kisaran RM 3.020–RM 3.200 per metrik ton. Prediksi Wahyu, harga CPO pekan depan bergerak di kisaran RM 2.900–RM 3.250 per metrik ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie