Penguatan dollar gerus kinerja minyak



NEW YORK. Harga minyak dunia anjlok dari posisi tertingginya dalam 18 tahun terakhir tadi malam (4/1). Berdasarkan data CNBC, pada pukul 14.36 waktu New York, harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate tercatat turun 2,6% atau US$ 1,39 menjadi US$ 52,33 per barel.

Sedangkan harga minyak Brent ditutup dengan penurunan US$ 1,45 atau 2,6% menjadi US$ 55,37 per barel.

Padahal pada transaksi sebelumnya, kedua kontrak harga minyak ini sempat menyentuh posisi tertingginya sejak Juli 2015. Pada saat itu, harga minyak Brent bertengger di level US$ 58,37 per barel dan minyak WTI di posisi US$ 55,24 sebarel.


Namun, penguatan dollar mengikis pertahanan minyak. "Penguatan dollar AS memberatkan langkah minyak," jelas Andrew Lipow, president of energy consulting firm Lipow Oil Associates di Houston.

Dia menambahkan, laju pasar saham AS juga tertahan dari kenaikan sebelumnya akibat reli dollar.

Sekadar informasi, semalam, dollar menyentuh posisi tertingginya dalam 14 tahun terakhir terhadap keranjang mata uang dunia. Salah satu penyebabnya adalah data ekonomi AS yang menunjukkan aktivitas manufaktur AS yang tumbuh lebih besar dari prediksi pada November.

Penguatan dollar menyebabkan harga komoditas yang berdenominasi dollar, seperti minyak, menjadi semakin mahal bagi pemegang mata uang lain.

Selain itu, menurut john Kilduff, founding partner di hedge fund Again Capital, para trader juga mencemaskan adanya laporan yang menyebut bahwa Libya akan terus meningkatkan produksi minyaknya.

Data yang berhasil dihimpun Bloomberg menunjukkan, Libya berencana mengirimkan minyak dari pelabuhan dekat Tripoli sebanyak hampir 1,9 juta barel minyak pada bulan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie