Penguatan ekonomi tak lantas bisa menguatkan dollar Australia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi Australia tampaknya bergerak positif. Data-data ekonomi yang dirilis belakangan menunjukkan ekonomi negara benua ini mengalami penguatan.

Contoh, neraca dagang Australia periode Februari yang disesuaikan masih surplus sebesar US$ 825 juta. Realisasi ini memang lebih rendah ketimbang surplus di Januari yang sebesar US$ 952 juta, tapi masih lebih baik dari konsensus yang memprediksi surplus cuma US$ 680 juta.

Penjualan ritel Australia di periode yang sama juga tumbuh 0,6%. Realisasi ini lebih tinggi ketimbang pertumbuhan di Januari yang cuma 0,2% dan proyeksi sebesar 0,3%. "Kontribusi terbanyak berasal dari penjualan barang-barang rumah tangga, disusul makanan, kopi, pakaian, dan lain-lain," terang Muhammad Barkah, Kepala Koordinator Riset Rifan Financindo Berjangka, Kamis (5/4).


Meski begitu, kurs dollar Australia tak lantas meroket. Kurs mata uang yang ngetop dengan sebutan Aussie ini justru cenderung stagnan.

Tengok saja, kurs dollar Australia terhadap poundsterling cuma menguat tipis. Per pukul 20.11 WIB kemarin, GBP/AUD melemah 0,05% menjadi 1,8237.

Analis Astronacci International Anthonius Edyson menuturkan, data ekonomi yang positif mendorong penguatan tipis dollar Australia. "Hal ini menjadi sentimen positif bagi dollar Australia," jelas dia.

Di saat yang sama, data-data ekonomi Inggris kurang memuaskan. Contoh, indeks belanja manajer perusahaan jasa di Maret lalu turun ke level 51,7. Padahal konsensus analis memprediksi indeks cuma turun dari 54,5 jadi 53,9.

Indeks belanja manajer perusahaan konstruksi Inggris malah turun ke level 47. Ini menandakan terjadi kontraksi di sektor konstruksi.

Anthonius menilai posisi AUD saat ini cukup kuat ketimbang GBP. Karena itu, dollar Australia masih bisa terus menguat.

Tetapi, aussie justru melemah terhadap euro. Per pukul 20.11 WIB kemarin, EUR/AUD naik 0,18% jadi 1,5941. Pekan lalu, EUR/AUD bahkan sempat mencapai level tertinggi sejak 2015 di 1,6152.

Euro sempat terkoreksi lantaran pelaku pasar merespons data inflasi zona euro yang stagnan. "Perkiraan inflasi inti cuma 1% dari sebelumnya diperkirakan bisa mencapai 1,1%," kata Nizar Hilmy, analis Global Kapital Investama.

Nizar menilai dalam jangka panjang EUR/AUD masih bergerak dalam tren bullish. Alasannya, fundamental ekonomi Eropa saat ini lebih kuat ketimbang Australia.

Apalagi, Australia rentan terkena dampak perang dagang China dan Amerika Serikat (AS). Maklumlah, negara ini termasuk salah satu mitra dagang utama China.

Tak heran, aussie melemah lumayan terhadap dollar AS. Per pukul 20.11 WIB kemarin, AUD/USD melemah 0,35% menjadi 0,7689.

Barkah menuturkan, pelaku pasar masih wait and see perkembangan isu perang dagang antara AS dan China. Selain itu, pelaku pasar juga menanti data-data ketenagakerjaan AS terbaru, termasuk non farm payroll di Maret.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati