Penguatan harga aluminium terbatas



JAKARTA. Harga aluminium kembali menanjak. Satu pemicunya adalah pengiriman aluminium ke Jepang selama Juli yang mengalami peningkatan 0,7% year on year (YoY). Itu merupakan peningkatan pertama, setelah selama dua bulan terus menurun. Sektor otomotif dan industri konstruksi berkontribusi terhadap peningkatan permintaan komoditas tersebut.

Kontrak pengiriman aluminium untuk tiga bulan mendatang, di Bursa London Metal Exchange (LME), Jumat (24/8) senilai US$ 1.802,50 per ton, atau menguat 0,28% per hari. Jika dibandingkan dengan posisi terendah tahun ini yang terjadi pada Rabu (15/8) lalu, harga telah menguat 0,35%. Namun jika dibandingkan dengan harga pada awal tahun, aluminium telah melemah 11,45%.

Menilik data Asosiasi Aluminium Jepang, suplai untuk dalam negeri dan pasar ekspor pada Juli 2012 meningkat menjadi 172.120 ton dari 170.916 ton YoY. Sebelumnya, permintaan aluminium di Jepang agak lambat karena cuaca dingin di negara itu menekan konsumsi minuman kaleng. Akibatnya, asosiasi melaporkan bahwa pengiriman produk kaleng aluminium turun hingga 3,2%.


Ekspor aluminium dari Jepang juga sempat mengalami penurunan hingga 9,3%. Krisis utang di Eropa yang memperlambat pertumbuhan ekonomi menjadi penyebabnya.

Ariston Tjendra, Head of Research and Analysis Division Monex Investindo Futures, mengatakan, penguatan harga aluminium masih terbatas. Pasalnya, beberapa smelter di India, China, dan Amerika Serikat (AS) ditutup sementara. Jika produksi lancar lagi pun, ekspektasi permintaan masih turun.

Selain itu, aluminium masih susah bangkit ke levelnya di awal tahun, US$ 2.000 per metrik ton. "Perlambatan ekonomi dunia masih melemahkan permintaan aluminium global," ujar Ariston.

Secara teknikal, pola pergerakan harga aluminium masih sideway. Artinya, ada potensi koreksi kembali dari peningkatan selama sepekan. Jika aluminium tidak melewati level US$ 1.910 per ton, maka harga tertahan dari US$ 1.850 hingga US$ 1.860 per ton.

Wahyu Tribowo Laksono, pengamat komoditas, menambahkan, secara fundamental belum terjadi banyak perubahan dalam pergerakan harga aluminium. Tiga bulan terakhir, aluminium terkonsolidasi di kisaran US$ 1.800 hingga US$ 1.900. Kondisi ini akan berlanjut, kecuali the Federal Reserve benar-benar mengambil menggelontorkan quantitative easing ketiga.

Menurut pandangan Wahyu, setiap kali The Fed mengeluarkan kebijakan stimulus lanjutan, aluminium memang naik secara signifikan. Jika September ini The Fed mengeluarkan kebijakan yang sama, aluminium bisa kembali ke level US$ 2.000 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini