KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menambah tarif impor terhadap China menjadi US$ 200 miliar dan guncangan pada perekonomian Turki dan Argentina menyulut kekawatiran pasar. Lantas. emas sebagai aset lindung nilai pun kembali menjadi incaran investor sehingga harganya perlahan mendaki. Kendati demikian, Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar menilai, kenaikan harga emas saat ini hanya berlangsung dalam jangka pendek. Selain masih dibalut sentimen kenaikan suku bunga The Federal Reserves dalam bulan ini, harga emas secara teknikal juga masih menunjukkan tren pelemahan. Berdasarkan analisis Deddy, harga emas saat ini masih bergulir di bawah garis moving average (MA) 50, MA 100, dan MA 200. Indikator moving average convergence divergence (MACD) juga masih berada di zona negatif. "Keduanya mengindikasikan harga emas akan kembali melemah untuk jangka panjang," kata Deddy, Jumat (31/8).
Penguatan harga emas tertahan oleh kenaikan suku bunga The Fed bulan ini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menambah tarif impor terhadap China menjadi US$ 200 miliar dan guncangan pada perekonomian Turki dan Argentina menyulut kekawatiran pasar. Lantas. emas sebagai aset lindung nilai pun kembali menjadi incaran investor sehingga harganya perlahan mendaki. Kendati demikian, Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar menilai, kenaikan harga emas saat ini hanya berlangsung dalam jangka pendek. Selain masih dibalut sentimen kenaikan suku bunga The Federal Reserves dalam bulan ini, harga emas secara teknikal juga masih menunjukkan tren pelemahan. Berdasarkan analisis Deddy, harga emas saat ini masih bergulir di bawah garis moving average (MA) 50, MA 100, dan MA 200. Indikator moving average convergence divergence (MACD) juga masih berada di zona negatif. "Keduanya mengindikasikan harga emas akan kembali melemah untuk jangka panjang," kata Deddy, Jumat (31/8).