KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas energi tercatat meningkat di kuartal II 2022. Peningkatan diperkirakan masih akan berlanjut di kuartal III 2022.
Vice President of Research and Development ICDX Isa Djohari mncermati, konflik Geopolitik Rusia-Ukarina masih memiliki dampak yang besar bagi
supply energi. "Pasokan energi dari Rusia ke Eropa memberikan dampak terhadap pihak luas. Konflik ini berdampak pada kenaikan harga bahan bakar yang berimbas pada tinggi dan naiknya harga komoditas global, yang merupakan kebutuhan masyarakat sehingga pada akhirnya mengakibatkan inflasi pada setiap negara," jelasnya dalam
media briefing ICDX yang digelar secara virtual, Rabu (20/7). Sebagai gambaran, Indeks Energi Global sudah mengalami kenaikan hingga 16,74% secara kuartalan (
quartal on quartal/QoQ). Peningkatan juga terjadi secara tahunan (
year on year/yoy) hingga 85,96% yoy.
Research and Development ICDX Girta Yoga menambahkan, komoditas energi memang diperkirakan melanjutkan tren
bullish di kuartal III 2022. Kendati begitu, Girta melihat terdapat beberapa sentimen yang berpotensi menekan kenaikannya. Salah satunya, kelanjutan pakta produksi OPEC+.
Baca Juga: Pergerakan Mata Uang Komoditas Dipengaruhi Harga Komoditas dan Kekhawatiran Resesi "Pakta akan selesai bulan Agustus, namun hingga saat ini OPEC+ belum memberikan sinyal akan melanjutkan atau tidak," jelasnya. Adapun hasil dari pakta itu akan berpengaruh terhadap kondisi pasokan global sehingga akan berdampak terhadap pergerakan harga. Lebih lanjut ia mengungkapkan, sentimen-sentimen lain yang akan mempengaruhi ada embargo produk energi Rusia, perkembangan situasi Covid-19 di China, komitmen pengurangan emisi global, penggunaan kendaraan listrik, serta kelanjutan negosiasi nuklir Iran. Di kuartal III 2022, minyak mentah diproyeksi akan memiliki
resistance di US$ 110-US$ 120 per barel dan
support di US$ 85-US$ 75 per barel. Gas alam diproyeksi memiliki
resistance di US$ 7,50-US$ 8,50 per mmbtu dan
support di US$ 5,50 - US$ 4,50 mmbtu. Untuk batubara diperkirakan memiliki
resistance di US$ 475-US$ 500 per ton dan
support US$ 350 - US$ 325 per ton. Di antara komoditas-komoditas di atas, Tim Research and Development ICDX melihat nilai dari minyak mentah akan tetap mengalami peningkatan sehingga hal tersebut menjadi daya tarik untuk bertransaksi. Diperkirakan, pada kuartal III-2022 harga minyak akan tetap mengalami penguatan meskipun ada beberapa faktor yang bisa menahan penguatan harga tersebut. Catatan Kuartal II Lebih lanjut Girta memaparkan, untuk minyak mentah, rentang harga dicatatkan di kisaran US$ 101,78-US$ 114,59 per barel di kuartal II 2022. Adapun peningkatan harga minyak mentah mencapai 15,04% secara QoQ dan naik 64,41% secara YoY.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Tipis Setelah Mencapai Level Tertinggi Dua Pekan Beberapa sentimen yang mengerek harga minyak mentah adalah pengalihan pasokan minyak mentah dari Rusia ke Asia, cadangan stok AS yang merosot drastis, serta gelombang panas global atau kenaikan suhu di atas 40 derajat celcius yang melanda Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Asia pada bulan Juni dan Juli. Di sisi lain, OPEC+ sepakat meningkatkan produksi hingga 648.000 bph pada bulan Juli dan Agustus. Akan tetapi komitmen tersebut dibuat ketika Rusia masih tergabung di dalamnya. Sementara untuk saat ini, Rusia tengah dikenai embargo dari negara Barat dan sekutunya. Dus, muncul pesimisme komitmen jumlah produksi itu akan tercapai. Untuk gas alam, rentang harga di kuartal II 2022 mencapai US$ 6,53 - US$ 8,14 per mmbtu di pasar AS. Harga gas alam di pasar AS meningkat 61,03% secara QoQ dan 155,92$ secara YoY. Sementara di pasar Eropa, rentang harganya di kisaran US$ 29,85-US$ 34,35 di kuartal II 2022. Harga gas alam di pasar Eropa tertekan 1,51% secara QoQ dan meningkat 265,76% secara YoY. Beberapa sentimen yang mempengaruhi adalah Gazprom Rusia yang memangkas pasokan gas dari pipa Nord Stream pada hingga 40% dari kapasitas penuh pada pertengahan Juni. Selain itu, Jerman, Austria, Polandia, Belanda, dan Yunani membuka kembali pembangkit listrik tenaga batubara per bulan Juni 2022. Gelombang panas global juga menjadi sentimen lainnya.
Baca Juga: Harga Emas Turun Tipis, Pasar Menunggu Keputusan Suku Bunga Adapun ekspor gas alam AS berpotensi menurun hingga 6% pada semester II tahun 2022. Kondisi ini dipicu pemadaman di fasilitas LNG Freeport AS. Untuk Batubara, rentang harganya mencapai US$ 219,78-US$328,26 per ton pada kuartal II. Harganya naik 67,09% secara QoQ dan terkerek 227,42% secara YoY Beberapa sentimen yang mempengaruhi, adanya krisis listrik di India dan Austalia, lonjakan Covid-19 di China, impor batubara Rusia yang distop oleh UE, serta gelombang panas global. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi