Penguatan harga perak tertahan



JAKARTA. Harga perak tertekan di akhir pekan lalu. Data manufaktur Amerika Serikat yang positif menimbulkan spekulasi di pasar bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) akan segera memangkas program stimulus. Spekulasi itu yang menekan harga logam mulia ini.

Di Bursa komoditas Comex, New York, Jumat (1/11), harga kontrak berjangka perak untuk pengiriman Desember 2013 turun 0,13% ke US$ 21,84 per ons troi. Tapi dalam sepekan, harga perak menguat 1,32%.

Asal tahu saja, indeks manufaktur AS di Oktober 2013 lalu mencapai 56,4, atau naik dari bulan September yang 56,2. Indeks itu juga tertinggi sejak April 2011. Indeks manufaktur China pada Oktober 2013 juga meningkat ke 51,4 dari sebelumnya 51,1.


Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures menilai, data manufaktur China itu sebetulnya bisa mengangkat harga perak. Tapi, karena adanya spekulasi bahwa AS akan segera mengurangi stimulus, penguatan harga perak terhambat.

Tapi, Zulfirman yakin, harga perak akan segera kembali menguat. "Paling tidak sampai sepekan ke depan masih berpotensi untuk kembali menguat," ujar dia.

Pendorongnya, kata dia, adalah proyeksi data ekonomi dari China, zona Euro, dan Jepang yang positif, sehingga, bisa mendongkrak permintaan logam mulia, termasuk perak. Namun, penguatan itu akan dibatasi oleh kekhawatiran pasar terhadap prospek pengurangan stimulus AS di akhir tahun nanti. "Terutama jika data ekonomi terbaru AS yang dirilis pekan ini bagus," terang dia.

Secara teknikal, Zulfirman mengatakan, pergerakan harga perak sepekan ini akan mixed. Moving average convergence divergence (MACD) di area -0,17 cenderung naik. Tapi, Stochastic yang cenderung mendatar menunjukkan harga perak akan stabil.

Sementara itu, relative strength index (RSI) bergerak turun berpotensi membawa harga perak jatuh. Indikator moving average (MA) 50,100 dan 200 di level bawah. Zulfirman meramal, sepekan ini, harga perak akan menguat di kisaran US$ 21-US$ 23 per ons troi (setara 31,1 gram).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana