JAKARTA. Kenaikan harga minyak mentah sedikit tertahan. Survei awal mengenai aktivitas manufaktur di China yang melambat di bulan ini, menjadi salah satu penyebabnya. Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2013 di Bursa Nymex, Rabu (24/7) pukul 19.00 WIB,terkoreksi 0,06% menjadi US$ 107,16 per barel dibanding harga sehari sebelumnya. Dalam sebulan, harga minyak telah menguat sebesar 12,55%. Rilis laporan awal dari HSBC Holdings Plc dan Markit Economics menyatakan, Purchasing Managers Index (PMI) China di bulan Juli akan turun menjadi 47,7. Ini akan menjadi PMI terendah dalam 11 bulan terakhir. Angka di bawah 50 menunjukkan tidak ada aktivitas ekspansi.
Selain itu, persediaan minyak di Amerika Serikat (AS) yang turun hanya 1,4 juta barel membuat pasar kecewa. Sebab, angka itu di bawah perkiraan yang sebesar 2,6 juta barel. Suluh A. Wicaksono, analis Millenium Penata Futures mengatakan, data ekonomi China yang buruk telah meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap makin muramnya pemulihan ekonomi negara tersebut. Sentimen ini memang agak sedikit menahan penguatan harga minyak. "Tapi pernyataan The Fed pekan lalu masih akan membuat minyak menguat," ujar dia. Menguat terbatas Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures menambahkan, lunglainya pergerakan harga minyak kemarin juga terjadi akibat aksi tunggu pasar terhadap rilis data cadangan minyak, penjualan rumah dan menufaktur AS yang keluar tadi malam. Namun, ia memprediksi pelemahan harga minyak ini kemungkinan hanya berlangsung sesaat. Pertimbangan seperti krisis politik di Timur Tengah yang masih belum reda, menciptakan kekhawatiran terhadap kelancaran distribusi minyak, akan mengangkat harga komoditas ini. Topangan lain datang dari membaiknya permintaan minyak seiring pulihnya kondisi ekonomi di AS.