JAKARTA. Harga nikel melesat pekan lalu. Melemahnya dollar Amerika Serikat (AS) menjadi katalis positif untuk mendongkrak harga nikel. Namun faktor fundamental yaitu masih lemahnya permintaan membuat prospek harga nikel masih lesu dalam jangka panjang. Mengacu data Bloomberg, Jumat (20/3) harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 3,45% menjadi US$ 14.245 per metrik ton (MT). Dalam sepekan harga juga naik 0,78%. Namun, pada (18/3) nikel sempat jatuh ke level terendah sejak juli 2014. Ibrahim, analis dan direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka memaparkan, menguatnya harga nikel karena melemahnya dollar AS. Sebelumnya dollar AS melemah pasca hasil FOMC pada Kamis (19/3) yang menunjukkan bahwa The Fed masih mengirimkan sinyal dovish terkait kenaikan suku bunga.
“Melemahnya dollar AS menyebabkan harga nikel kembali menguat,” kata Ibrahim Ibrahim memprediksi penguatan harga nikel sifatnya hanya sementara. Pasalnya, salah satu faktor fundamental yaitu permintaan di prediksi masih lemah. China sebagai negara importir nikel terbesar diperkirakan akan mengurangi permintaan nikel, akibat melambatnya ekonomi. Keputusan Bank Sentral China yang menetapkan pertumbuhan PDB tahun 2015 yaitu sebesar 7%, dianggap pelaku pasar sebagai indikasi bagi perlambatan ekonomi China. Laju penguatan harga nikel juga akan terhambat oleh dollar AS yang diprediksi akan kembali menguat menyusul rilis berbagai data ekonomi AS. Untuk minggu ini saja AS akan merilis data ekonomi penting seperti klaim pengangguran, indeks harga konsumen, dan penjualan rumah, ketiga data tersebut pun diprediksi positif oleh pasar.