JAKARTA. Harga CPO kembali menguat. Pelemahan ringgit Malaysia dan rencana China menggenjot impor minyak sawit mentah alias
crude palm oil (CPO) dari Malaysia jadi penopang kenaikan harga komoditas perkebunan ini. Mengutip
Bloomberg, Rabu (2/11), harga CPO kontrak pengiriman Januari 2017 di Malaysia Derivative Exchange terangkat 0,95% jadi RM 2.758 per metrik ton. Namun sepekan terakhir, harganya masih mengempis 1,35%. Research and Analyst Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengungkapkan, sejatinya fundamental CPO tertekan oleh penurunan harga minyak mentah. Namun pelemahan kurs ringgit Malaysia terhadap dollar AS mendongkrak harga CPO.
Yulia Safrina, Research and Analyst Monex Investindo Futures, menambahkan, dollar AS memang tengah cenderung menguat. Pasalnya, pelaku pasar berhati-hati mengatur portofolio menjelang pemilihan presiden AS. Sentimen dari dalam negeri juga ikut mendorong harga CPO. “Pengadaan biodiesel Indonesia masih digenjot hingga April 2017 mendatang,” tutur Deddy. Hasil pertemuan PM China Li Keqiang dan PM Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak terkait permintaan peningkatan jumlah ekspor minyak sawit Malaysia juga jadi pengerek harga CPO. Cuma, sampai sekarang kelanjutan impor CPO China ini belum jelas. Sebagai gambaran, impor CPO China dari Malaysia sempat merosot lebih dari 50% di periode Januari–Juni 2016. Analis menilai sentimen ini masih bisa mendorong harga CPO hari ini. Harga minyak mentah Untuk jangka pendek, Deddy memprediksi harga CPO berpotensi turun lagi. Intertek Testing Services mencatat ekspor Malaysia periode 1–25 Oktober 2016 turun sebesar 11% menjadi 990.939 ton, dibanding periode yang sama bulan sebelumnya. “Tidak heran ini terjadi mengingat harga jual minyak kedelai terus merosot," kata Deddy. Atas dasar kondisi ini, Deddy memprediksi harga CPO bisa terkoreksi hari ini. Tapi Yulia mengisyaratkan harga CPO bisa kembali melaju asal pertemuan OPEC di akhir bulan ini mencapai kesepakatan. Ini bakal membuat harga minyak kembali perkasa dan berbuah manis pada komoditas lainnya. Selain itu, laporan Oil World yang menyebut stok CPO global per awal Oktober 2016 turun 25% menjadi 9,7 juta ton jadi katalis positif. Sepanjang 2016, produksi CPO diprediksi hanya 59 juta ton, turun 5,8% dibanding tahun lalu.
Ditambah lagi, dari sisi teknikal, harga CPO masih bergulir di atas
moving average (MA) 50, 100 dan 200, sehingga mendukung kenaikan lanjutan. Garis
moving average convergence divergence (MACD) juga di area positif berpola
uptrend. Sementara
stochastic baru meninggalkan area
overbought dan berada di level 57. Cuma, indikator
relative strength index (RSI) perlahan turun ke area 53, walau masih di area positif. Maka, Deddy menganalisa harga CPO hari ini bergerak di kisaran RM 2.700–RM 2.760 per metrik ton. Sementara Yulia menghitung dalam sepekan harga CPO bergerak di rentang RM 2.730–RM 2.800 per metrik ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie