Penguatan rupiah cuma sementara saja



JAKARTA. Mata uang rupiah berfluktuasi tajam terhadap dollar AS hari ini (23/1) di kisaran Rp 9.640-Rp 9.760. Analis melihat, meskipun rupiah sudah menguat ke level Rp 9.600-an dalam dua hari terakhir, namun tekanan terhadap rupiah masih ada. Contohnya hari ini, dari grafik harian pergerakan rupiah spot di Bloomberg, tampak bahwa kurs rupiah naik turun dengan tajam. Rupiah sempat berada di level Rp 9.640 pada perdagangan pagi pukul 008.31, namun kemudian melemah paling dalam ke level Rp 9.760 pada pukul 14.00 WIB. Saat ini rupiah masih bertahan melemah lagi di posisi Rp 9.750 per dollar AS. Padahal rupiah telah terjaga di Rp 9.600-an sejak awal pekan kemarin. Pada hari Selasa (22/1) versi Bloomberg, pairing (USD/IDR) di posisi 9.620, menguat dari 9.828 di akhir pekan, Jumat (18/1).Director Chief Economist Mandiri group, Destry Damayanti mengungkapkan, rupiah bisa menguat terhadap mata uang Paman Sam setelah Pertamina dan PLN memperoleh valuta asing dari Bank Indonesia (BI) melalui tiga perbankan BUMN.Asal tahu saja, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution telah menyatakan komitmennya untuk menyediakan valas kepada tiga perbankan yaitu PT Bank Negara Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia,dan PT Bank Mandiri.

"Pertamina terutama yang paling banyak memerlukan dollar AS. Sehingga terpenuhinya kebutuhan the greenback dari ketiga bank tersebut, maka tekanan pasar valas akan berkurang," jelas Destry kepada KONTAN, Rabu (23/1).Destry memprediksi sampai akhir bulan Januari, mata uang garuda ini akan terus bertahan di level yang sekarang ini. "Rupiah masih akan kuat di sekitar 9.600-9.700 sampai akhir bulan," kata Destry.Selera risiko naikPengamat Pasar Uang, Muhammad Doddy Ariefianto menuturkan, rupiah punya amunisi menguat juga karena naiknya selera risiko pelaku pasar seiring rilis laporan keuangan emiten global yang positif. Di saat yang sama, Indeks Dollar AS, acuan mata uang dollar AS terhadap mata uang utama dunia, memang terlihat turun ke posisi 79,83, dari 80,03 pada akhir pekan kemarin.Doddy menyarankan kepada pelaku pasar untuk waspada mencermati posisi data neraca berjalan dan cadangan devisa di bulan Januari ini. "Jika cadangan devisa surut banyak, maka intervensi BI telah gencar digalakkan," terangnya. Defisit neraca berjalan dan neraca perdagangan yang bertambah bakal mengancam rupiah kembali melemah. "Saya kira posisi defisit current account masih 2,3% dari Produk Domestik bruto (PDB) sampai akhir tahun ini dan itu sentimen negatif untuk rupiah," ujar Doddy.Sampai akhir pekan, Doddy memperkirakan nilai tukar rupiah akan terus bertahan di kisaran 9.600-9.750.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: